Penularan COVID-19 di Klaster keluarga 10 Kali Lebih Tinggi, Kenapa?

Ilustrasi jaga jarak/virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Angka kasus konfirmasi positif COVID-19 di Tanah Air hingga saat ini masih tinggi. Diketahui bahwa angka penularan COVID-19 di Indonesia sebagian besar berasal dari klaster keluarga.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Klaster keluarga terjadi ketika salah satu anggota keluarga terinfeksi virus corona kemudian menularkan ke anggota lainnya.

Ketua Bidang Data Informasi Satgas COVID-19, Dr. Dewi Nur Aisyah, menjelaskan bahwa klaster keluarga ini memang menyumbangkan angka yang cukup tinggi terkait dengan kasus COVID-19. Berdasarkan data Satgas penanganan COVID-19, di DKI Jakarta tercatat 40,1 persen dari total seluruh kasus yang ada berasal dari klaster keluarga.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

"Ini jumlahnya sudah 5.252 dari 4 Juni sampai 8 November 2020 yang mengakibatkan total kasus 42.019 orang. Dari 5 ribuan klaster yang ada, total kasus yang muncul dari klaster tersebut 40 ribuan orang dan ini menyumbangkan 40 persen dari total kasus di DKI Jakarta," kata dia seperti dalam tayangan yang disiarkan di BNPB TV, Selasa, 5 Januari 2021.

Dewi menjelaskan, penyebab utama tingginya angka penularan di klaster keluarga ini lantaran agak sulit menerapkan jaga jarak dalam rumah. Karena itu, tentu akan tinggi kemungkinannya tertular saat ada satu anggota keluarga yang terinfeksi.

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Dewi melanjutkan, di Wisma Atlet, berdasarkan survei yang dilakukan, 7 persen mengaku tertular meski tidak pernah keluar rumah. Artinya, kata dia kemungkinan besar pasien itu tertular dari anggota keluarga yang ada di rumah atau orang yang berkunjung ke rumahnya saat itu. 

Data lain menunjukkan, ketika libur panjang di bulan Agustus, DKI Jakarta menunjukkan peningkatan signifikan di klaster keluarga. Hal ini, kata dia, bisa terjadi karena ada seorang bepergian kembali ke rumah kemudian menyebarkan ke anggota lainnya.

Dewi pun mengatakan bahwa ini harus dihadapi dengan lebih saksama lagi, karena klaster keluarga punya tipikal cukup berbeda dengan klaster lain, seperti di klaster perkantoran. Secara teori, klaster keluarga ini risiko penularannya 10 lipat lebih tinggi dibanding klaster lain.

"Karena anggota keluarga dengan anggota keluarga lain lebih sulit jaga jarak ketika di rumah. Pasti berdekatan. Kedua, bersama dengan anak tidak mungkin berjauhan, penggunaan masker tidak mungkin setiap saat," jelas Dewi.

Dewi menambahkan, jadi memang klaster keluarga mendominasi karena karakteristik interaksi orang di dalam rumah memang lebih dekat.

"Dan harus dipahami, ketika klaster keluarga bermunculan , ita harus waspada kepada sumber penularannya. Jangan sampai ada anggota keluarga yang terinfeksi kemudian menyebarkan ke anggota yang lain," jelas dia.

Dewi menjelaskan, ketika ada orang ada yang datang ke rumah meskipun saudara atau teman, kunci untuk memutus penularan COVID-19 adalah dengan tetap menerapkan 3M (menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan).

Ketika keluar rumah untuk beraktivitas karena tidak bisa dihindari, seperti bekerja atau berbelanja kebutuhan rumah tangga pun juga harus dipastikan menerapkan protokol 3M  dengan ketat di mana pun berada.

Ingat, saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun,

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya