Vaksinator COVID-19 Masih Minim, IDI: Butuh Pelatihan Tenaga Kesehatan

Sesak napas karena COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Pemerintah telah melakukan secara gencar langkah-langkah pemutusan rantai penularan COVID-19 secara cepat, tepat, fokus, terpadu, dan sinergis. Respons masyarakat Indonesia terhadap program vaksinasi pemerintah serta pelaksanaannya cenderung positif dan antusias.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Namun harus diakui jumlah dan sebaran vaksinator juga menjadi kunci kecepatan vaksinasi. Beberapa daerah telah mengalami kendala terbatasnya kecepatan penyuntikan vaksin per hari diakibatkan kurangnya jumlah vaksinator. 

"Kita punya tenaga kesehatan, waktu awal merencanakan proses vaksinasi, ada lebih dari 30 ribuan tenaga potensial vaksinator. Selama proses sudah latih lebih dari 6 ribu tenaga vaksinator. Dengan jumlah sasaran vaksinasi tahap 1 sebanyak kurang lebih satu juta dan tahap 2 ada 2,8 jt dengan total 3juta orang di DKI. Lihat jumlah tenaga vaksinasi dan sasarannya butuh penambahan jumlah tenaga vaksinasi karena kita berharap ini bisa diselesaikan sesuai target," tutur Kepala Seksi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr. Verry Adrian, M.Epid, dalam acara virtual Alomedika, Rabu 7 April 2021.

Terpopuler: Kebiasaan yang Tidak Boleh Dilakukan di Mekkah sampai Alasan ke BaliSpirit Festival

Ditambahkan Kepala Pusat Pelatihan Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta, dr. Nisma Hiddin, SH, MH, pelatihan vaksinator diperlukan lantaran vaksin COVID-19 masih sangat baru. Terlebih, targetnya pun secara massal dengan jumlah yang tak main-main di seluruh Indonesia.

"Tenaga dan logistik adalah dua hal yang harus kita perhatikan saat ini untuk meperlancar proses vaksinasi. Setelah mengikuti pelatihan, maka peserta akan mampu melakukan pelayanan vaksinasi COVID-19 sesuai dengan protokol," tuturnya.

Komnas KIPI, Sebut Penyakit TTS akan Muncul 4 Sampai 42 Hari Setelah Vaksin AstraZeneca Disuntikkan

Protokol tersebut antara lain menjelaskan epidemiologi dan patofisiologi COVID-19, melakukan microplanning dan pengelolaan rantai dingin vaksin, melakukan pelayanan vaksinasi, melakukan pencatatan dan pelaporan vaksinasi, melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan vaksinasi, serta melakukan surveilans Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

"Ini mengapa pelatihan sangat penting karena vaksinator harus bersertifikat," ujar Nisma.

Senada, Sekretaris IDI Wil DKI Jakarta,dr. Fery Rahman, MKM, menekankan bahwa penguatan tiap dokter dari proses pelatihan vaksinator agar lebih memahami kejadian pasca imunisasi. 

IDI, lanjutnya, telah secara konsisten melakukan pelatihan vaksinator dari akhir tahun kemarin guna persiapkan sumber daya manusia saat vaksin terlah tersedia. Kolaborasi pelatihan massal seperti ini sangat dibutuhkan sekarang agar seluruh daerah di Indonesia terjangkau.

"Peran IDI, tentu mendorong seluruh anggota untuk ikut pelatihan ini apalagi diselenggarakan oleh alomedika dengan biaya gratis. Janjinya presiden Jokowi tahun 2022 sudah selesai vaksinasinya," tutur Fery.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya