Bolehkah Suntik Vaksin COVID-19 Berbeda? Ini Kata Pakar

Vaksin COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Vaksinasi menjadi salah satu jawaban untuk meredam pandemi COVID-19 yang masih terus meningkat kasusnya. Kendati demikian, masyarakat kerap mempertanyakan efektivitas vaksin yang tersedia di Tanah Air.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Salah satunya dengan jumlah pemberian vaksinasi sebanyak dua dosis melalui merek yang sama. Tak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa pemberian jenis vaksin yang berbeda akan lebih ampuh untuk meningkatkan efektivitas.

Menanggapi hal itu, pengamat vaksinasi dari Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan bahwa vaksin dibuat sesuai tahapan yang ada dengan jenis yang sama. Untuk itu, efektivitas dan keamanannya sudah terjamin melalui penelitian yang sama.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Jadi memang penelitian yang ada vaksin bahwa yang sama dua kali disuntik. Tapi ada pendapat yang sudah ada penelitian meski belum kuat, yang menyebut kalau digabung (jenis vaksin) pertama dan kedua beda, ada data, mungkin hasil lebih baik," tutur Prof Tjandra dalam sesi VIVATalk, Rabu 8 September 2021.

Akan tetapi, penelitian tersebut masih sangat minim bukti sehingga belum disarankan pemberian dua dosis dengan dua merk vaksin berbeda. Terlebih, izin edar darurat yang diberi BPOM RI juga masih mencakup pada pemberian dosis vaksin sesuai penelitian.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Kesimpulannya sesuai prosedur, dua dosis pakai vaksin sama saja. Sudah ada kesan  bahwa mungkin mix and match (vaksin) bagus. Tapi yang jelas hasil penelitian hanya untuk 2x, izinnya untuk 2x suntik juga," tuturnya.

Apabila menggunakan vaksin berbeda, Prof Tjandra mengacu pada pemberian booster dengan harapan imunitas lebih baik dalam melawan COVID-19. Akan tetapi, pemberian booster sendiri belum dilakukan secara luas lantaran cakupan vaksinasi masih rendah.

"Sekarang yang dosis kedua vaksin saja masih baru 20 persen, 80 persennya belum vaksin lengkap. Vaksin pertama pun masih 30 persen. Jadi prioritasnya tingkatkan jumlah vaksinasi," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya