Satgas COVID-19 Soroti Subvarian BA.2, Berbahayakah?

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.
Sumber :
  • pexels/Edward Jenner

VIVA – Saat ini para ilmuwan menyatakan bahwa telah ditemukan subvarian dari Omicron yang merupakan mutasi dari COVID-19. Subvarian ini dikhawatirkan karena sulit terdeteksi sehingga dapat terdeteksi sebagai varian lain.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan bahwa varian Omicron sendiri berdasarkan susunan genetiknya di kategorisasi menjadi B11529, BA1, BA2 dan BA3. 

"Khususnya Omicron BA2 tengah menjadi perhatian karena memiliki mutasi yang dapat menyebabkan perbedaan hasil PCR," jelasnya menjawab pertanyaan media dalam agenda keterangan pers, yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Lebih jelasnya, pada Omicron lainnya, adanya mutasi berupa hilangnya susunan tertentu pada Gen S dapat memunculkan deteksi gen lainnya. Namun gen S tidak terdeteksi (SGTF) pada tes PCR. Namun pada Omicron BA2, susunan ini tidak hilang sehingga PCR tidak memunculkan hasil SGTF atau hasilnya sama dengan varian lain yang bukan Omicron.

Ilustrasi sampel pasien varian Omicron

Photo :
  • Times of India

"Padahal BA2 merupakan salah satu jenis Omicron," jelasnya.

Pada prinsipnya diperlukan waktu untuk meneliti karakteristik varian baru yang muncul terlebih menganalisis dampaknya secara epidemiologi. Termasuk keempat jenis varian Omicron yang saat ini masih dalam proses penelitian dan belum ada laporan lanjutan dari WHO.

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa munculnya varian baru harus dihadapi dengan strategi pencegahan. Pemerintah selalu melakukan upaya pencegahan masuknya varian COVID-19 dari luar negeri. Seperti melakukan evaluasi dan monitoring atas keseluruhan strategi pencegahan yang dilakukan. Baik dari kebijakan pelaku perjalanan luar negeri hingga penegakan disiplin protokol Kesehatan.

"Dengan demikian strategi pencegahan merupakan langkah terbaik menghadapi munculnya varian baru apapun jenisnya dalam hal ini," ujar Wiku.

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat

Para pakar mengindikasikan varian terbaru telah terdeteksi di sekitar 40 negara lain, terhitung sebagian besar kasus terbaru di beberapa negara termasuk India, Denmark dan Swedia. Terbaru, UKHSA mengindikasikan bahwa mereka telah menetapkan sub-garis keturunan BA.2 sebagai varian yang sedang diselidiki (VUI). Bagaimana di Indonesia?

"Jadi khusus tentang varian yang mulai juga dibahas akhir-akhir ini, kita belum mempunyai kebijakan lebih lanjut. Tapi secara umum varian tersebut belum masuk ke variant of concern (VOC)," tutur Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan SpP, dalam kesempatan berbeda.

Dijelaskan Erlina, pakar belum mengidentifikasinya sebagai varian yang harus diwaspadai. Untuk itu, Erlina belum melihat adanya permasalahan lebih lanjut terkait sub varian ini.

"Mungkin tidak terlalu jadi permasalahan. Itu baru lerubahan genetik. Tapi belum jadi VOC. Belum ada kebijakan khusus untuk itu," ungkap Erlina lagi.

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua
Ilustrasi vaksin.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Indonesia Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Vaksin merek AstraZeneca diketahui juga digunakan di Indonesia saat pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu.

img_title
VIVA.co.id
4 Mei 2024