Dua Pakem Olahraga Bagi Pengidap Hipertensi Paru, Mudah Kok!

Ilustrasi berolahraga/olahraga/berkeringat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Berolahraga merupakan hal penting bagi tubuh karena dapat membuat fisik bugar dan kestabilan psikis terjaga. Kendati begitu, tak semua kondisi membuat olahraga menjadi mudah lantaran bisa dianggap membahayakan tubuh, termasuk hipertensi paru.

IA ITB Cup Kembali Digelar, 24 Tim Turut Ramaikan

Dikutip dari Mayo Klinik, hipertensi pulmonal adalah jenis tekanan darah tinggi yang mempengaruhi arteri di paru-paru dan sisi kanan jantung, sehingga kerap juga disebut sebagai hipertensi paru. Dalam salah satu bentuk hipertensi pulmonal, yang disebut hipertensi arteri pulmonal (PAH), pembuluh darah di paru-paru menyempit, tersumbat atau hancur. 

Kerusakan memperlambat aliran darah melalui paru-paru, dan tekanan darah di arteri paru-paru meningkat. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui paru-paru. Upaya ekstra akhirnya menyebabkan otot jantung menjadi lemah dan gagal. Pada kondisi ini, tentu tak dianjurkan untuk melakukan aktivitas berat seperti berolahraga. Lantas, bagaimana pakem-pakem berolahraga untuk kondisi tersebut?

Jakarta Running Festival 2024 Segera Dimulai

"Masalah olahraga, parameternya di dokter jantung. Tapi, praktisnya yaitu aktivitas ringan, nadinya maksimal dihitung di 110 per menit. Badan punya alarm kalau sudah lelah, stop. Intinya itu," ujar Pakar Kardiologi Anak dan Penyakit Jantung Bawaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), dalam Pfizer Media Health.

Ilustrasi kesehatan jantung.

Photo :
  • U-Report
Survei LPI: Mayoritas Publik Apresiasi Kinerja Kepala BIN

Olahraga sendiri ditujukan agar kondisi pasien tetap bugar. Apalagi, tak sedikit pasien hipertensi paru juga memiliki komorbid berupa kegemukan. Biasanya, tanda paling khas adanya hipertensi paru pada orang bertubuh gemuk adalah ngorok saat tidur.

"Penyebab kegemukan ini berhubungan dengan hipertensi paru, berkaitan dengan paru obstruktif. Kalau tidur dia ngorok. Yang bagus itu tidak ngorok. Apalagi ngorok berhenti-berhenti, itu sangat tidak baik dan sebabkan secondary pulmonary hypertension," imbuhnya.

Jenis hipertensi paru ini dapat menyebabkan komplikasi klinis dengan penyakit-penyakit kardiovaskular (jantung) dan respirasi (pernapasan), dan juga dapat diderita oleh anak-anak. Gejala hipertensi paru pada anak penting untuk dikenali sedini mungkin, karena merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak hanya terpengaruh oleh penyakit bawaan, namun juga sangat terpengaruh oleh gaya hidup dari pasien dan konsumsi obat-obatan tertentu

"Selain kegemukan, misal ada riwayat batuk panas berulang, waspada. Mudah lelah. Deteksi anak-anak kita. Pada remaja bisa mengemukakan keluhannya misal nggak bisa tidur, jangan-jangan dia sesak nggak bisa tidur telentang gitu. Pemeriksaan fisik pasti dilakukan pada tiap pasien hipertensi paru," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya