Kabar Baik, Ditemukan Pengobatan Terbaru untuk Kanker Darah

Ilustrasi sel kanker.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Kanker darah menjadi jenis kanker paling umum kedua di Indonesia. Menurut Global Cancer Observatory (GLOBOCAN), pada 2020 di Indonesia terdapat 396.914 kasus kanker dengan angka kematian mencapai 234.511. Sementara untuk kanker darah sendiri mencapai 23.660 kasus. 

Kesehatan Makin Memburuk, Istana Buckingham Perbarui Rencana Pemakaman Raja Charles III

Selain menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi, kanker darah juga banyak diderita oleh anak-anak. Menurut data Global Burden of Cancer (Globocan), pada 2018 diperkirakan terdapat sekitar 33,5 persen kasus leukemia baru pada anak laki-laki umur 0-19 tahun dan 31 persen pada anak perempuan di Indonesia.

Selain leukemia, ada dua jenis kanker darah lainnya yang paling umum di Indonesia, yakni limfoma dan myeloma. Masing-masing dari jenis kanker darah tersebut memiliki penyebab pembentukannya sendiri.

Mengenal Penyakit Radang Usus, Bisa Sebabkan Kanker Usus Besar Jika Dibiarkan

Kanker darah disebabkan oleh disfungsi di dalam pertumbuhan dan perilaku sel, sehingga menyebabkan kelebihan sel darah putih yang diproduksi sumsum tulang, yang kemudian mengarah ke kanker. 

Ilustrasi sel kanker.

Photo :
  • Freepik
Jokowi Bersyukur Angka Stunting Turun dari 37 Persen Menjadi 21 Persen

Sayangnya, hingga saat ini belum ada tes skrining yang mampu mendeteksi kanker darah sejak dini. Sehingga, pengidap hanya bisa merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan tubuh mereka ketika mengalami gejala kanker darah.

Namun, dengan kemajuan teknologi medis saat ini, para dokter dan peneliti telah menemukan pengobatan terbaru untuk kanker darah, yaitu terapi Sel T Chimeric Antigen Receptor (CAR) atau terapi Sel T CAR. 

Direktur Medis dan Konsultan Senior, Onkologi Medis, Parkway Cancer Centre, Dr Ang Peng Tiam, menjelaskan, terapi Sel T Car, merupakan pengobatan kanker darah terkini dan paling modern, yang memberikan harapan baru bagi pasien. Terapi ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan tingkat keberhasilkan yang cukup tinggi.

"Dalam tiga dekade terakhir, kami telah melihat perkembangan yang luar biasa pada pengobatan baru untuk kanker. Pengobatan tersebut menjadi lebih efektif dan memiliki efek samping yang lebih kecil," ujarnya saat Hybrid Press Conference, yang digelar oleh Parkway Cancer Centre Singapore di kawasan Semanggi, Jakarta, Rabu 20 April 2022. 

Ilustrasi kanker.

Photo :
  • Times of India

"Dengan pengobatan-pengobatan terbaru ini, kami dapat mengombinasikan beberapa pengobatan untuk mencapai hasil yang lebih baik," sambungnya. 

Konsultan Senior, Hematologi, Parkway Cancer Centre, Dr Colin Phipps Diong, menambahkan, terapi Sel T CAR dilakukan dengan cara mengambil Sel T dari pasien, kemudian memodifikasinya di laboratorium hingga dapat mengenali target kanker di dalam tubuh. Setelah proses ini selesai, sel-sel tersebut dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien. 

"Terapi Sel T efektif dalam mengobati pasien relaps dengan kanker darah tipe Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) dan Kanker Limfoma Non-Hodgkin seperti Diffuse Large B-Cell Lymphoma (DLBCL). Terutama, apabila pengobatan-pengobatan sebelumnya tidak berhasil menunjukkan hasil yang diharapkan," kata dia. 

Sama halnya dengan pengobatan-pengobatan lainnya, menurut dokter Colin, terapi Sel T CAR memiliki beberapa efek samping, seperti Immune Effector Cell-Associated Neurotoxicity Syndrome (ICANS) dan Cytokine Release Syndrome (CRS).

Ilustrasi Kanker

Photo :
  • Times of India

"ICANS memengaruhi sistem saraf pusat pasien, sedangkan CRS adalah penyakit multisistemik yang berkembang setelah pengobatan Sel T CAR. Gejala CRS termasuk demam tinggi dan merinding, kesulitan bernapas, sakit kepala, detak jantung yang cepat, dan seterusnya. CRS dapat muncul beberapa minggu setelah proses dimasukkannya Sel T ke dalam tubuh, tetapi biasanya terjadi dalam dua minggu," paparnya. 

Colin lebih lanjut menjelaskan, ada beberapa kelompok pasien yang tidak memenuhi syarat untuk mengikuti terapi Sel T CAR. 

"Seperti pasien yang memiliki hipertensi intrakranial atau tidak sadarkan diri, gagal pernapasan, pasien dengan koagulasi intravaskular diseminata, dan pasien hematosepsis atau infeksi aktif yang tidak terkendali," tutur Dr Colin Phipps Diong.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya