- Times of India
VIVA – Puasa kerap menjadi ajang untuk menjaga pola makan dan berat badan lebih ideal. Akan tetapi, banyak yang mengeluh gagal dan bahkan mengalami kenaikan berat badan usai puasa ramadan sehingga menjadi khawatir akan tampilannya di momen Hari Raya Idul Fitri nanti.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Vikie Nouvrisia Anandaputri, M.Gizi, Sp.GK, menyampaikan bahwa penurunan berat badan saat puasa biasanya kerap menjadi kabar baik bagi banyak orang. Umumnya, dokter Vikie menyebut angka ideal yang berhasil diraih adalah penurunan hingga 2 kilogram.
"Umumnya turun 1-2kg. Tidak bisa terlalu banyak karena tubuh akan adaptasi dengan turun di awal dan bertahan setelahnya. Baiknya setelah puasa, kembali pola makan sehat dan atur lagi sehingga terjadi lagi penurunan berat badan. Massa lemak tidak ada panduannya dan harus diperiksa dengan alat. Pada pasien biasanya turun 1-2 poin," tutur dokter Vikie dalam acara virtual Hood Doctor dan LSPR, beberapa waktu lalu.
Ilustrasi makanan/ buka puasa/ batalkan puasa.
- Freepik/rawpixel.com
Sayangnya, penurunan berat badan justru tak terjadi pada sebagian besar orang meski telah berpuasa seharian. Rupanya, dua hal ini menjadi biang kerok penambahan berat badan. Apa saja kah?
"Kalau nggak turun berat badan, artinya cenderung minum manis mengandung gula jadi ada kalori. Saat puasa jadi ingin minum manis misalnya. Jenis makana berbuka banyak mulai dari gorengan tinggi lemak, minuman manis seperti es buah," ujarnya.
Godaan saat berbuka puasa ini yang membuat dua biang kerok tersebut kerap tertimbun dan menjadi lemak berlebih di tubuh. Takjil berbuka puasa sendiri cenderung beragam dengan tinggi gula dan lemak yang menjadi idaman masyarakat Indonesia. Lalu, bagaimana langkah tepat mensiasatinya?
"Siasatinya cukup satu hari hanya 1 jenis makanan. Misal hari ini gorengan, yau dah itu aja, besok baru es buah," kata dia.
Gula Mahal, Satgas Pangan Pelototi Distribusi Produsen di Jawa Timur
Tim Satuan Tugas Polri mengecek stok dan pendistribusian komoditi gula di PT Kebun Tebu Mas, Jawa Timur. Hal itu untuk memastikan tak ada kelangkaan yang dongkrak harga.
