Hepatitis Misterius Dipicu Vaksin COVID-19? Begini Kata Pakar IDI

Ilustrasi vaksin COVID-19.
Sumber :
  • Pexels/Maksim Goncharenok

VIVA – Penyakit hepatitis misterius masih menjadi tanda tanya besar akan penyebabnya sehingga tak sedikit yang mengaitkannya dengan vaksin COVID-19. Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban pun membantah tegas kaitan keduanya.

IDI Rayakan Puncak Hari Bakti Dokter Indonesia 2024 di Yogyakarta

Beredar isu bahwa pemberian vaksin COVID-19 berkaitan erat dengan hepatitis misterius lantaran penyakit tersebut muncul belakangan ini pada anak-anak yang sudah boleh diberikan vaksin. Namun, Prof Beri, sapaannya, menegaskan bahwa tak ada bukti bahwa vaksin memicu hepatitis misterius.

"Hipotesis ini tidak didukung data, karena sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi COVID-19," tuturnya dikutip dari akun twitternya.

IDI Dorong Saintifikasi Jamu dalam Rangkaian HBDI ke-116

Prof Beri lantas mengingatkan bahwa belum ada penyebab pasti dari hepatitis misterius ini serta masih sulit didiagnosis. Sebab, belum ada tes yang bisa memastikan penyakit ini.

"Syaratnya adalah pasien harus negatif terhadap virus hepatitis A, B, C, D, E dan dengan kadar enzim transaminase lebih dari 500 unit per liter," imbuhnya.

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

Lebih dalam, menurut WHO, rentang usia pasien yang diidentifikasi sejauh ini antara bayi berusia satu bulan hingga remaja berusia 16 tahun. Pada sebagian besar anak-anak ini mengalami masalah gastrointestinal terlebih dahulu, diikuti penyakit kuning.

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • Pexels/Cottonbro

"Tes laboratoriumnya juga menunjukkan tanda-tanda peradangan hati parah. Sebagian besar anak tidak mengalami demam," jelasnya.

Pakar IDI ini menegaskan bahwa penyakit hepatitis misterius tak boleh disepelekan meski gejalanya tak terlalu berat. Apabila diabaikan, gejalanya bisa memberat dan berdampak pada keparahan penyakit hingga kematian.

"Amat serius, karena beberapa anak meninggal. Bahkan 10 dari 145 pasien dengan hepatitis akut ini memerlukan transplantasi hati (di Inggris)," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya