COVID-19 Tembus 1000 Kasus Lagi, Pakar IDI Imbau Siaga

Ilustrasi vaksin booster COVID-19.
Sumber :
  • VIVA/Foe Peace Simbolon

VIVA – Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban, mengimbau agar masyarakat Indonesia kembali waspada. Ini mengingat kondisi kasus COVID-19 kembali menanjak, bahkan sudah melebihi seribu kasus, yakni 1.173 per Kamis, 16 Juni 2022.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

"Situasi pandemi terkini, kasus baru tembus 1000. Jakarta terbanyak, 730 (kasus)," ujar Prof Beri, sapaannya, dalam cuitan di akun media sosialnya.

DKI Jakarta disorot lantaran memiliki kasus harian tambahan terbanyak dibanding wilayah lain. Tak hanya itu, penambahan kasus diiringi dengan meningkatnya pasien yang dirawat di rumah sakit.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

"Total pasien di rumah sakit di Jakarta sebanyak 200. Kasus aktif Indonesia bertambah 709, jadi 6007 (kasus)," imbuhnya.

Padahal, Indonesia sendiri sempat mengalami landainya kasus COVID-19 dengan hanya tambahan ratusan pasien per hari. Bahkan, sangat minim tambahan kasus meski sudah melalui bulan Ramadhan dan lebaran Idul Fitri. 

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Lantaran kasus kini bertambah kembali, Prof Bairi mengimbau masyarakat kembali memakai masker, meski di ruang terbuka. Walau pemerintah sudah memperbolehkan lepas masker di ruang terbuka, namun bertambahnya kasus patut menjadi tanda agar masyarakat kembali siaga.

"Sudah saatnya siaga dan tidak memandang remeh. Pakai masker dan mari kita tingkatkan capaian booster," paparnya.

Peningkatan kasus ini bersamaan dengan ditemukannya subvarian Omicron COVID-19 yaiti BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejak 12 Mei 2022, resmi menyatakan varian baru COVID-19, yaitu BA.4 dan BA.5 sebagai Variant of Concern. Dikarenakan, varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan ini dengan cepat dan masif meluas ke berbagai negara dan menyebabkan lonjakan kasus.

Dari studi awal di Eropa, perubahan karakteristik varian-varian baru ini, selain lebih cepat menular, juga mampu menghindari kekebalan tubuh paska infeksi COVID-19 dari varian sebelumnya. Namun, simpulan ini masih bersifat sementara dan membutuhkan studi lanjutan, serta tidak ditemukan indikasi varian ini menyebabkan gejala lebih parah. Menurut European Centre for Disease Prevention and Control, peluang penularannya dapat menurun jika seseorang telah divaksin dibandingkan yang belum walau sudah terinfeksi sebelumnya.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan, sebagai antisipasi terhadap varian baru di masa datang, Pemerintah akan terus meningkatkan upaya whole genome sequencing (WGS), melakukan studi epidemiologi sebaran varian, dan memastikan efektivitas alat testing khususnya di pintu-pintu masuk.

"Hal ini diharapkan dapat mendeteksi dan menangani kasus dengan varian baru dengan baik," Wiku menjawab pertanyaan media dalam agenda keterangan pers secara virtual, yang disiarkan YouTube kanal resmi Sekretariat Presiden.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya