Lama Berdiri di Transportasi Umum, Deret Bahaya Ini Mengintai

Transportasi umum di masa pandemi COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA Lifestyle – Bagi para pekerja di kota metropolitan, transportasi umum menjadi moda paling mudah untuk menjangkau berbagai tempat dengan harga yang murah. Kendati begitu, salah satu kendala dari pemakaian transportasi umum tentunya kepadatan warga yang memakainya hingga mengharuskan berdiri cukup lama sampai tempat yang dituju. Lantas, berbahayakan berdiri dalam waktu terlalu lama?

Gibran Bagi-Bagi 1.100 Sepatu Gratis ke Siswa Miskin di Solo: Ini CSR, Bukan dari Saya

Transportasi umum yang kerap digunakan warga di ibu kota seperti kereta rel listrik (KRL), Moda Raya Terpadu (MRT), hingga transjakarta memiliki ruang yang cukup luas. Meski begitu, di jam-jam sibuk, ruang tersebut terasa padat dan mengharuskan berdiri selama beberapa menit hingga jam. Terlebih dalam situasi yang macet dan hujan, berdiri di transportasi umum akan terasa lebih lama. Scoll selanjutnya ya.

Dokter spesialis bedah ortopedi konsultan foot & ankle yang berpraktik di Jakarta Knee & Shoulder Orthopedic Sport Centre (JKOSC) RS Pondok Indah, dr. Astuti Pitarini, Sp.OT (K) mengatakan bahwa sebenarnya tak ada batasan untuk tubuh berdiri, dengan disesuaikan kemampuan tiap individu. Namun, kondisi tubuh yang diam dalam waktu lama dapat mengakibatkan pembuluh darah melambat hingga nyeri di sendi.

Geger Seorang Remaja Alami Hal mengerikan Ini Gegara Ikut Challenge di Sosmed

"Terlalu lama berdiri atau duduk lama, pembuluh darah melambat. Itu urusannya jadi aliran pembuluh darah, jadi bisa melambat. Bisa varises. Untuk postur tubuh yang salah, bisa low back pain, nyeri tumit atau nyeri di bantalan kaki," tuturnya dalam acara media RS Pondok Indah, di Jakarta, baru-baru ini.

Beli Sepatu Bola Rp10 Juta, Kena Pajak Rp31 Juta, Warganet: Perhitungan dari Mana?

Menurut dokter Astuti, bentuk masalahnya cenderung memicu nyeri di bagian punggung dan kaki karena harus menopang bobot tubuh. Untuk mencegah nyeri di kaki, ia menganjurkan agar memakai sepatu yang disesuaikan aktivitas. Termasuk pemakaian sepatu hak tinggi yang ideal hanya sebatas 2,5 cm.

"Kalau sehari-hari sering pakai transport umum, gak direkomendasikan pakai sepatu dengan hak tinggi. Kalau mau pakai hak sepatu, sebaiknya sebatas 2,5 cm. Pastikan comfort shoes karena 90 persen penyakit kaki pada wanita akibat alas kaki," tambahnya.

Umumnya, gangguan atau kelainan muskuloskeletal yang rentan dialami oleh wanita adalah plantar fasciitis, bunion, achilles tendinitis, osteoporosis, dan osteoarthritis. Untuk itu, pilihan sepatu yang tepat dimulai dari segi bentuk yang lebar dan hindari dengan ujung lancip, serta hak kurang dari 2,5 cm.

Ilustrasi sepatu/high heels.

Photo :
  • Freepik/drobotdean

"Materialnya pilih yang tebal atau yang buat kaki 'bisa napas', tujuannya agar kaki gak lembab, karena kita tinggal di negara tropis jadi kaki lebih mudah berjamur. Kadang kalau beli sepatu yang diproduksi di negara 4 musim, mungkin nggak cocok dengan negara tropis seperti kita. Pilih bahan sepatu comfort shoes sesuai aktivitas kita," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya