5 Cara Kurangi Bahaya Paparan BPA, Mulai Bijak Pilih Kemasan Plastik

Ilustrasi BPA.
Sumber :
  • Pixabay.

JAKARTA – Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU), Dr. Ir. Evi Mutia M. Kes, mengatakan, para peneliti dan pakar internasional mengingatkan bahwa risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan BPA (Bisphenol A) cukup banyak, sehingga perlu keseriusan mengatasinya. 

783 Juta Orang Akan Menderita Diabetes Tahun 2045

Menurutnya, dampak negatif BPA bisa mengganggu sistem reproduksi pada pria maupun wanita, memengaruhi fertilitas dan berisiko terhadap kanker prostat pada pria. Scroll untuk info selengkapnya.

"Hingga membuat penurunan libido, sulit ejakulasi, diabetes, gangguan ginjal, kanker payudara hingga memicu perkembangan kesehatan mental Autism Spectrum Disorder," ujarnya dalam sarasehan ‘Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat Melalui Regulasi Pelabelan Bisfenol A (BPA) pada AMDK’ yang digelar USU bersama Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Medan, di Medan. 

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

"Begitu bahayanya BPA, sehingga sudah seharusnya mendapat perhatian besar dari semua pihak, khususnya produsen AMDK yang harusnya punya kesadaran dan tanggungjawab kepada konsumen," sambungnya. 

Segar dan Wangi, Inilah Khasiat Daun Mint untuk Penderita Diabetes

Ditegaskannya, BPOM harus membuat regulasi mengatasi ancaman bahaya BPA ini, mulai dari kewajiban mencantumkan informasi pada kemasan, sampai pada pengawasan yang ketat di post market. 

Menanggapi itu, Kepala Ombudsman Sumut Abadi Siregar mengatakan bahwa tugas BPOM bukan hanya membuka atau memberi informasi, tetapi juga harus mengawasi produk AMDK. 

“Pasalnya, produsen harusnya punya tanggungjawab mengendalikan, untuk menekan seluruh potensi risiko yang ada produk yang mereka pasarkan," katanya. 

Dalam sebuah Webinar bertajuk “Dari Rumah Mengenal BPA pada Kemasan Makanan” di Jakarta, para praktisi kesehatan juga mengingatkan masyarakat, agar lebih peduli pada kesehatan keluarga, dimulai dari pemilihan kemasan makanan dan minuman secara bijak dan selektif.

“Produk-produk berbahan dasar plastik jika terkena panas atau dicuci berulang kali bisa memicu luruhnya zat kimia berbahaya yang akan mencemari makanan atau minuman anak-anak kita,” kata dr. Daulika Yusna, SpA yang juga dikenal sebagai Dokter Spesialis Anak Neonatologist, yang menjadi salah satu narasumber dalam webinar tersebut.

Ilustrasi kemasan botol minum atau BPA.

Photo :
  • iStockphoto.

Sebagaimana diketahui, BPA adalah senyawa kimia yang digunakan dalam produksi plastik polikarbonat. Senyawa ini berfungsi sebagai pengeras plastik yang membuat kemasan makanan dan minuman menjadi lebih tahan lama dan dapat digunakan berulang kali. Namun, di balik manfaatnya itu, BPA dinilai menjadi masalah serius karena kemampuannya meniru hormon estrogen dalam tubuh.

Dunia kesehatan menyebut BPA berbahaya karena kemampuannya sebagai endocrine disruptor, atau zat yang mengganggu sistem endokrin. Zat ini dapat merusak keseimbangan hormon dalam tubuh, termasuk hormon reproduksi. Karena itulah, dampaknya dapat mengancam kesuburan pria dan wanita.

Sejauh ini, BPOM telah mengeluarkan hasil temuan lapangan, mengenai terlampauinya ambang batas BPA yang berisiko pada manusia pada kemasan galon berbahan polikarbonat, di berbagai kota di Indonesia. Studi di Korea Selatan juga telah membuktikan adanya korelasi kuat antara tingginya paparan BPA dengan peningkatan kasus Infertilitas pada manusia.

Sebuah telaah hasil riset yang diterbitkan di The American Journal of Biochemistry and Biotechnology pada 2021 menunjukkan bahwa BPA mengurangi produksi testosteron selama tahap perkembangan tubuh laki-laki, menyebabkan penyakit prostat, memengaruhi kualitas sperma, dan mengganggu sumsum tulang belakang hipotalamus-hipofisis-testis (hypothalamic-pituitary-testicular axis). 

Sementara menyangkut efek buruknya pada wanita, dalam publikasi yang sama, BPA telah dilaporkan terkait dengan infertilitas, dan memiliki efek negatif pada berbagai aspek sistem reproduksi wanita.

Berikut beberapa cara yang disarankan untuk mengurangi paparan bahaya BPA:

1. Hindari penggunaan plastik polikarbonat yang mengandung BPA. Gantilah dengan produk dari stainless steel atau kaca yang lebih aman.

Ilustrasi kemasan plastik.

Photo :
  • Pixabay/pexels

2. Hindari memanaskan atau merebus wadah plastik yang mengandung BPA. Zat berbahaya ini mudah terlepas jika plastik terpapar panas.

3. Gunakan produk yang memiliki label "BPA-Free" atau bebas BPA, seperti botol minum dan botol bayi.

4. Kurangi atau bahkan hindari penggunaan produk kemasan galon plastik air minum secara berulang, karena risiko migrasi BPA akan meningkat dengan penggunaan yang berulang, terkena paparan sinar matahari, dan pemanasan selama proses pencucian.

5. Patuhi aturan dan regulasi pemerintah terkait penggunaan BPA pada produk tertentu. Beberapa negara telah mengeluarkan larangan terhadap penggunaan BPA dan mengklasifikasikannya sebagai zat berbahaya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya