Kemenkes Soroti Hanya 19 Persen Wanita 30-50 Tahun yang Skrining Kanker

Ilustrasi sel kanker.
Sumber :
  • Freepik

JAKARTA – Dibandingkan dengan belahan dunia lainnya, wanita di Asia Pasifik menghadapi risiko lebih tinggi terdampak kanker payudara dan serviks. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor termasuk rendahnya kesadaran, stigma dan kurangnya akses terhadap layanan skrining, diagnosis, pengobatan dan perawatan yang berkualitas dan tepat waktu. 

Kesehatan Makin Memburuk, Istana Buckingham Perbarui Rencana Pemakaman Raja Charles III

Direktur PTM Kementerian Kesehatan Dr. Eva Susanti menjelaskan 70 persen pasien yang terdiagnosis kanker datang pada stadium lanjut. Keterlambatan diagnosis ini berakibat angka kematian akibat kanker cukup besar yakni 21 ribu kematian.

Kementerian Kesehatan kata dia sudah menargetkan masyarakat khususnya wanita usia 30 -50 tahun untuk menjalani skrining. Namun sayangnya diungkap Eva baru 19 persen yang melakukan skrining kanker payudara dan serviks. 

Klinik Blastula IVF Siloam Hospitals Lahirkan Program Bayi Tabung ke 300

“Tahun ini target skrining kanker 30-50 tahun semua wajib skrining tapi saat ini hanya capai 19 persen. Kami sudah semaksimal mungkin tapi yang akses skrining baru 19 persen,” kata dia dalam acara Lokakarya APAC WCC di Kuningan Jakarta Selatan, Rabu 8 November 2023. 

Mengenal Penyakit Radang Usus, Bisa Sebabkan Kanker Usus Besar Jika Dibiarkan

Padahal kata Eva pemerintah telah memberikan akses gratis skrining kanker payudara dan serviks kepada masyarakat di puskesmas. 

“Kami berupaya pantau terkait memperbanyak masyarakat yang dilakukan skrining. Jalannya perlu masih didorong. Kami menghimbau untuk mengajak semua bisa lakukan pemeriksaan,” ujar dia.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap alasan masih rendahnya prevalensi kesadaran untuk melakukan skrining kanker di masyarakat rendah. Salah satunya lantaran kesulitan masyarakat untuk menerima kenyataan mereka sakit.

“Masyarakat Indonesia sangat takut menerima kenyataan mereka sakit. Mereka takut untuk melakukan skrining dan tau mengenai penyakitnya,” ujar Budi Gunadi.

Padahal melakukan skrining sendiri memiliki peran penting dalam proses pengobatan. Melalui skrining ini dokter bisa dengan jelas dapat menentukan jenis perawatan dan pengobatan apa yang tepat untuk pasien kanker tersebut. 

“Kami sudah menyiapkan fasilitasnya. Tapi hal ini kembali lagi dengan orang tersebut apakah mau melakukan skrining atau tidak,” ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya