Kondisinya Harus Terus Dimonitor, Pasien Gagal Jantung Kini Bisa Dipantau dari Jarak Jauh

Ilustrasi serangan jantung
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Berdasarkan data European Society of Cardiology, 1 dari 5 orang di dunia memiliki risiko mengalami gagal jantung, dan angka prevalensi ini meningkat seiring penambahan usia. Menurut International Journal of Cardiology tahun 2016, di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 13 juta orang yang mengalami gagal jantung

5 Manfaat Menakjubkan Mengonsumsi Air Kelapa Setiap Hari, Bisa Jaga Kesehatan Jantung

Penyakit gagal jantung ditandai dengan keluhan sesak napas dan bengkak pada kedua kaki, yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi pompa jantung. Dikarenakan saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan secara total, kondisi gagal jantung hanya dapat dimonitor secara berkala, serta menjaga gaya hidup untuk mencegah terjadinya kemunduran. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Nah, kini di Indonesia sudah tersedia teknologi untuk memonitor pasien gagal jantung dari jarak jauh, bernama Heart Failure Monitor (HFM). Ini merupakan sebuah perangkat digital yang bermanfaat untuk pemantauan jarak jauh pasien gagal jantung, yang bekerja dengan cara mendeteksi gejala yang signifikan pada pasien gagal
jantung, sehingga dapat dilakukan tindakan intervensi atau penanganan dengan cepat dan tepat.

Jokowi Bersyukur Angka Stunting Turun dari 37 Persen Menjadi 21 Persen

HFM merupakan sebuah perangkat medis berbasis AI (Artificial Intelligence) berbentuk seperti stetoskop
yang disambungkan ke aplikasi ponsel. Alat ini bekerja dengan mendeteksi kelebihan cairan pada paru-paru, yang merupakan gejala umum gagal jantung hanya dalam kurun waktu 30 detik setelah diletakkan di dada pasien.

Pasien Imunodefisiensi Primer Minta Pemerintah Masukkan Terapi IDP ke dalam Formularium Nasional

Hasil deteksi dari perangkat tersebut akan masuk ke dalam aplikasi ponsel untuk kemudian dapat dianalisa oleh dokter dan diberikan penanganan yang tepat. HFM telah dites dengan lebih dari 3000 rekaman dari pasien gagal jantung dari Tan Tock Seng Hospital yang merupakan bagian dari Singhealth Group dari Singapore dan Primaya Hospital, dengan hasil akurasinya mencapai lebih dari 90 persen. 

Saat ini standar perawatan jarak jauh pasien gagal jantung adalah dengan mengukur berat badan secara berkala, namun hal tersebut dianggap kurang efektif dikarenakan penambahan berat badan dapat dipengaruhi oleh banyak hal. 

Profesor Wee Ser, Co-Founder dan CEO SPACE Singapore yang juga menjabat sebagai Emeritus Faculty di Nanyang Technological University Singapore menjelaskan, gelombang start-up teknologi medis yang selanjutnya akan melihat proloferasi yang masif pada perangkat medis pintar yang mengandalkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan teknologi dengan sensor, seperti perangkat yang kami buat. 

"Di mana dapat dilakukan asesmen dan pengelolaan secara mandiri, dapat dipersonalisasi, dan memungkinkan untuk melakukan skrining kardiopulmonari dan penyakit lainnya. Hal ini merevolusi pengelolaan layanan kesehatan di masa depan," ujar Profesor Wee Ser, dalam keterangannya, dikutip Jumat 2 Februari 2024. 

Primaya Hospital Tangerang adalah yang pertama kali menggunakan HFM untuk pasien-pasien gagal jantung. 
Ahli Jantung dari Primaya Hospital, dr. Rony M Santoso SpJP (K) FIHA, merupakan salah satu peneliti yang mengembangkan alat ini bersama dengan PT Space Singapore. Dia mengungkapkan, sudah lebih dari 100 pasien gagal jantung yang telah menggunakan HFM untuk memantau kondisi penyakitnya di rumah.

Ilustrasi jantung.

Photo :
  • Pixabay

"Penggunaan alat ini bermanfaat bagi pasien untuk memantau kondisinya secara berkala, dan sewaktu ada kekhawatiran terkait kondisinya dan alat tersebut akan memberikan notifikasi kepada dokter yang merawatnya ketika dibutuhkan. Hal tersebut akan menenangkan pasien setelah mereka pulang dari rumah sakit dan saat dalam kondisi sendiri di rumah maupun saat dalam perjalanan," ungkapnya.

"HFM juga bermanfaat untuk para dokter karena mereka diberikan data-data mengenai keluhan pasiennya,
yang bertujuan bukan hanya untuk intervensi sesaat namun juga manajemen penyakit dengan lebih efektif,
di mana pada saat ini masih sulit dilakukan," sambung dia. 

Leona A. Karnali, CEO Primaya Hospital Group, berharap, dengan hadirnya Heart Failure Monitor di Indonesia dapat menjadi solusi bagi masyarakat khususnya pasien gagal jantung, dan dapat membantu pasien mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya