Ketahui Potensi Risiko Alergi Pada Anak

Ilustrasi alergi.
Sumber :

VIVA.co.id - Mendengar kata alergi tentu sudah tidak asing lagi. Ada beberapa orang yang mengatakan memiliki alergi debu, seafood, susu sapi, telur, obat-obatan. Namun, jika Anda mengklaim memiliki suatu alergi, apakah sudah dipastikan bahwa Anda benar-benar alergi atau tidak?

Waspada, Jangan Sampai Alergi Berubah Jadi Penyakit
"Semua orang berpotensi memiliki alergi," kata Konsultan Alergi-Imunologi Anak Universitas Padjadjaran, Prof.Dr.Budi Setiabudiawan dalam acara bertajuk Nutritalk: Gizi Di Awal Kehidupan, di Cikini, Jakarta Pusat, 24 Maret 2016.
 
Indonesia to Face Guinea in the 2024 Paris Olympics Playoffs
Namun, ia mengungkapkan bahwa persentasenya saja yang berbeda. Alergi hanya bisa diturunkan dari orang tua ke anak, atau saudara kandung.
 
Polres Jaksel Pecat Enam Anggotanya, Ada Apa?
"Untuk menentukan faktor risiko, tanyakan riwayat keluarga, tanyakan bapak, ibu, atau saudara kandung. Tidak benar kalau alergi didapat dari kakek, bibi, uwak," kata dia.
 
Dilihat dari kartu deteksi dini risiko alergi POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) tampak bahwa anak dengan salah satu orang tua yang mengidap alergi memiliki risiko alergi hingga 40 persen. Kalau kedua orang tua memiliki risiko alergi berdasar genetik, maka risiko anak alergi menjadi sebesar 60 persen.
 
"Jumlah itu akan meningkat hingga 80 persen, kalau bapak dan ibu memiliki alergi yang sama. Sedangkan saudara kandung dengan riwayat alergi, risiko alergi anak tersebut mencapai 30 persen, dan bahkan meskipun kedua orang tua tidak memiliki riwayat alergi, anak tersebut tetap berisiko memiliki alergi sebanyak lima persen," ujar Budi.
 
Mendeteksi alergi pada anak sejak kecil penting untuk dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena biasanya anak yang memiliki alergi akhirnya menjadi picky eater atau cenderung memilih-milih makanan.
 
Yang perlu diingat adalah, meski anak tersebut atopi atau kecenderungan genetik untuk mengembangkan penyakit alergi, kalau lingkungan tidak mendukung, maka atopi tidak akan muncul. Itulah pentingnya intervensi di lingkungan dengan melakukan berbagai macam pencegahan.
 
"Ada tidak faktor genetik, faktor lingkungan yang mendukung. Untuk timbul satu jenis alergi atopi harus ada interaksi kedua faktor tersebut," Budi menegaskan.
 
Intervensi di sini adalah dengan memberikan ASI eksklusif, sebelum menikah, hamil dan menyusui hindari pajanan asap rokok, bila terpaksa anak harus konsumsi susu formula, boleh tapi harus berjenis hypoallergenic, dan pemberian makanan padat jangan terlalu cepat atau justru terlambat, yaitu usia enam bulan
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya