Minyak Zaitun Cocok untuk Masakan Indonesia, Kenali Jenisnya Yuk

Ilustrasi minyak zaitun
Sumber :
  • Pixabay/Pezibear

VIVA – Meskipun minyak zaitun kaya akan unsur mineral dan menjadi salah satu bahan kuliner paling terkenal di dunia, tetap penggunaannya untuk makanan di Indonesia belum terlalu banyak. Itu karena harga minyak zaitun tidak murah.

10 Makanan yang Menjadi Favorit Nabi Muhammad SAW

Belum lagi anggapan bahwa minyak zaitun hanya dapat digunakan pada makanan tertentu seperti salad. Padahal kenyataannya, minyak zaitun dapat digunakan untuk menggoreng, menumis hingga membuat makanan penutup seperti red velvet.

“Saya mau patahkan soal mitos bahwa minyak zaitun tidak bisa digunakan untuk makanan Indonesia. Saat ini, ada tiga jenis minyak olive oil (minyak zaitun) yang bisa digunakan, seperti extra light olive oil untuk deep fried makanan seperti ayam goreng dan ikan gurame goreng,” kata ahli nutrisi Emilia Achmadi saat temu media Bertoli di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Selasa 15 Januari 2018.

5 Cara Usir Setan dari Rumah Menurut Ajaran Islam

Untuk jenis lainnya, seperti classico olive oil bisa digunakan untuk memasak tumisan dan memanggang. Sedangkan untuk extra virgin oil bisa digunakan untuk saus roti, saus pasta dan salad.

Minyak zaitun.

Jangan Dihindari! Lemak Baik Bisa Turunkan Kolesterol Jahat, Segini Batas Konsumsinya

Meski begitu, menurut Emilia, penting untuk mengetahui penggunaan jenis minyak zaitun, terutama soal temperatur penggunaan minyak tersebut. Temperatur yang ideal antara 175 hingga 180 derajat. Tetapi untuk temperatur untuk jenis extra light olive oil bisa mencapai 220 derajat.

“Bicara soal extra virgin oil ada batasan, mencoba tidak menggunakan dalam titik panas karena kandungan antioksidan dalam olive oil itu sangat sensitif dengan temperatur,” kata dia.

Soal penggunaanya, Emilia pun menjelaskan bahwa jenis minyak apapun untuk kegiatan menggoreng tidak boleh lebih dari tiga kali. Itu karena bisa berpotensi memicu kanker.

“Apapun minyaknya berkali-kali digunakan enggak bagus. Kalau diibaratkan dengan kalung mutiara proses pemanasan yang enggak stabil akan menyebabkan itu putus dan fungsi dari masing-masingnya akan berbeda dan kadang akan memberikan efek karsinogenik,” ujarnya.(nsa)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya