Demi Apa Pria Ini Nekat Konsumsi Makanan Kedaluwarsa Selama Setahun?
- Pixabay/Greyerbaby
VIVA – Umum bagi banyak orang untuk membuang makanan, minuman atau produk yang telah memasuki tanggal kedaluwarsa. Hal ini dilakukan dengan alasan kesehatan, mengingat mengonsumsi makanan atau minuman yang telah kedaluwarsa diyakini bisa menyebabkan diare hingga mengancam keselamatan jiwa.
Kendati demikian, seorang pria asal Maryland, Amerika Serikat mencoba mengonsumsi makanan yang telah kedaluwarsa selama setahun dan kemudian menceritakan pengalamannya tersebut.
Scott Nash mendapatkan ide untuk melakukan eksperimen ini tiga tahun lalu, ketika dirinya mengonsumsi sebuah yoghurt yang telah kedaluwarsa enam bulan lalu.
Alih-alih membuangnya, Nash malah mencampurkan yoghurt kadaluwarsa itu dengan smoothies dan meminumnya. Ajaibnya, Nash tidak mengalami masalah kesehatan setelah mengonsumsinya. Dari eksperimennya itu, dirinya pun mempertanyakan perusahaan makanan atau minuman mencantumkan label tanggal kedaluwarsa.
“Label ini samar, apa arti dari expire? Ada best by, sell by, best if used by. Saya hanya berpikir bahwa tidak ada konsistensi dan itu membingungkan,” tulis Nash dalam sebuah blog pribadinya, seperti dilansir dari Oddity Central.
Dia menjelaskan, pelabelan tanggal produk pangan atau nonpangan perlu direvisi. Konsistensi dalam pelabelan, seperti best by, atau for best quality, use by, dan istilah lain untuk keamanan pangan seperti expires by akan menciptakan kejelasan. Dan tanggal-tanggal ini perlu diatur agar sesuai dengan kenyataan. Beberapa item sama sekali tidak memerlukan label tanggal seperti garam, makanan kaleng dan tisu bayi.
Selama satu tahun percobaan, Nash dan keluarganya makan apa pun, mulai dari tortilla yang telah kedaluwarsa satu tahun lalu, yoghurt yang telah kedaluwarsa tujuh hingga sembilan bulan yang lalu. Daging yang telah beberapa minggu melewati tanggal kedaluwarsa dan krim kental yang beberapa bulan telah melewati tanggal kedaluwarsa.
Bahkan dia juga menggunakan mentega yang sudah berjamur setelah dibiarkan berbulan-bulan di lemari es. Dia menggunakannya untuk memasak, namun tanpa efek yang berarti.
Nash mengaku bahwa beberapa makanan memang buruk dan harus dibuang. Tetapi ada cara yang lebih baik untuk diceritakan daripada memeriksa tanggal kedaluwarsa pada label kemasan. Jika sesuatu berbau atau rasanya aneh, Anda mungkin tidak boleh memakannya. Namun, tidak sedikit dari masyarakat yang disebut Nash mengalami 'gangguan kecemasan konsumen', yang membuat mereka membuang produk yang sangat baik hanya karena tanggal kedaluwarsa.
“Beberapa barang rusak, dan itu sah, dan beberapa yang benar-benar rusak. Tapi sebagian besar makanan yang dibuang karena label tanggal yang membingungkan,” katanya.
Dalam blognya, Nash memberikan contoh tanggal kedaluwarsa paradoksal pada produk-produk seperti garam berusia 250 juta tahun yang diduga kedaluwarsa pada tahun 2020. Makanan kaleng, dan botol yang seharusnya benar-benar baik selama beberapa dekade, tetapi memiliki tanggal kedaluwarsa pendek yang mencurigakan, seperti tisu bayi, pasta gigi, dan lainnya.
Dia juga mengingatkan para pembaca soal 'keusangan yang terencana' sebuah strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk mendorong konsumen membuang produk yang sebenarnya masih sangat baik, sehingga konsumen membeli kembali produk mereka.
“Sudah begitu tak terkendali, dan itu membuat saya bertanya-tanya tentang integritas produsen. ‘keusangan yang terencana’ oleh perusahaan dan seluruh industri adalah nyata. Ketika kami membuang produk, perusahaan mendapat untung,” tuturnya.
Yang menarik, FDA, peneliti dan industri manufaktur bahan makanan umumnya sepakat bahwa label tanggal yang lebih jelas akan membantu mengurangi limbah makanan. Namun, saat ini tidak ada undang-undang federal yang mengatur tanggal kedaluwarsa, sehingga produsen dapat membuat cap apapun yang mereka inginkan. (tsy)
