- Pixabay
VIVA.co.id – Menangani anak dengan alergi memang membutuhkan perhatian khusus dari orangtua. Jika tidak, alergi akan sering kambuh dan membuat anak maupun orangtua menderita.
Selain menjaga asupan makanan pemicu alergi dan lingkungan yang bersih, orangtua juga butuh memberikan informasi mengenai alergi anak ke kerabat, teman, dan juga sekolah.
"Saat diundang ke pesta ulang tahun temannya, sampaikan juga makanan apa saja yang bisa dimakan. Anak juga harus tahu apa yang menjadi alergen bagi dia," ujar psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani kepada VIVA.co.id.
Psikolog dengan sapaan Nina ini juga menyampaikan, alergi seringkali memberikan konsep negatif. Ingin makan ini dan itu bisa membuat gatal, sehingga anak merasa sedih.
Untuk itu, sebaiknya orangtua bisa memberikan alternatif kegiatan pada anak selain makan. Atau, kembangkan kegiatan yang memang paling dinikmati anak. Orangtua harus dapat menggali apa sisi positif pada anak, sehingga anak tidak merasa dirinya buruk.
"Jika sudah temukan sisi positif itu, jangan lupa berikan pujian pada mereka. Anak perlu merasa tahu bahwa dirinya punya nilai, bukan suatu kegagalan," tutur Nina.
Upaya ini penting dilakukan orangtua agar anak tetap merasa ceria, meski menderita alergi.
Selain itu, lanjut Nina, orangtua perlu mengingat bahwa apa yang dilakukan adalah untuk kebaikan anak. Jadi, orangtua tidak perlu merasa gagal. Carilah support group atau komunitas dengan pengalaman serupa agar bisa berbagi informasi.
Sementara itu, untuk orangtua yang anaknya tidak menderita alergi, bertanyalah apa saja makanan yang membuat alergi. Kemudian, berikan ekspresi wajah yang netral dan positif, serta simpan kotak bahan makanan.
Saat mengundang pesta, siapkan goody bag yang non makanan. Misalnya bisa dengan peralatan sekolah atau perlengkapan makan yang bisa lebih tahan lama. (art)
Masih Ada Stigma Pemikiran Feminis dan Alergi Perspektif Gender, Menurut Komnas Perempuan
Komnas Perempuan memandang masih ada stigma terhadap pemikiran feminis sehingga membuat lembaga pengada layanan cenderung menghindari penggunaan istilah feminis.
