Transfer Seru Bursa Caleg

Kantor Pusat Komisi Pemilihan Umum di Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Mohammad Nadlir

VIVA - Pemilihan Umum 2019 yang akan digelar serentak kian dekat. Pendaftaran bagi calon anggota legislatif (caleg) yang dibuka sejak Rabu, 4 Juli 2018, telah ditutup pada Selasa 17 Juli 2018, tepat pukul 24.00 WIB atau 00.00 jelang Rabu 18 Juli 2018.

Verrell Bramasta Berharap Prabowo-Gibran Lebih Fokus Pada Kemajuan Anak Muda

Sebanyak 16 partai politik peserta Pemilu 2019 sudah mendaftarkan semua caleg mereka, yang akan berebut kursi di Senayan. Menariknya, sejumlah kejutan mewarnai proses pendaftaran ini. Ada pejabat Istana, para artis, dan banyak pula politikus yang pindah parpol demi mewujudkan ambisi sebagai Wakil Rakyat.

Salah satu yang menjadi sorotan utama adalah majunya mantan Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi yang saat ini jadi jubir-nya Presiden Jokowi, yaitu Johan Budi. Dia menjadi bakal caleg melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Rencananya, Johan akan berjibaku memperebutkan satu kursi di daerah pemilihan Jawa Timur VII yang meliputi daerah Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Magetan dan Trenggalek.

Heboh Loker PT KAI Dianggap Sulit, Tere Liye: Kalau Mau Gampang Daftar Jadi Caleg DPR

Johan mengaku keputusan itu dia ambil setelah melakukan evaluasi terhadap tugas dan pekerjaannya saat ini. Selain itu, dia juga melakukan perenungan dalam enam bulan terakhir.

Johan juga berdiskusi dengan keluarganya sebelum memutuskan terjun di dunia politik. Dengan menjadi anggota legislatif, dia yakin bisa memberi bakti yang lebih baik kepada negara.

KPU: Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024

"PDIP menjadi pilihan saya karena saya menganggap PDIP adalah partai yang lebih banyak menyentuh dan bicara tentang rakyat kecil," ujar Johan di Jakarta, Selasa, 17 Juli 2018.

Selain itu, Johan menilai, parpol yang dipimpin Megawati Soekarnoputri memiliki konsep kebangsaan yang sesuai dengannya. Ia juga merasa cocok dengan paham nasional-religius yang diusung PDIP.

"Konsep PDIP tentang Negara Kesatuan RI berdasarkan Pancasila, serta paham nasionalis religius yang diusung PDIP sesuai dengan prinsip saya dalam bernegara," katanya. Baca selengkapnya di sini.

Juru bicara Presiden Joko Widodo, Johan Budi SP.

Selain Johan, kejutan lain datang dari pendiri Partai Keadilan Sejahtera, Yusuf Supendi. Dia maju menjadi calon anggota legislatif dari PDIP dan akan bertarung di dapil Jabar V. Padahal PKS dan PDIP dikenal bagai “minyak dan air”, sering berseberangan di arena politik, baik di tataran kebijakan maupun dalam memilih pemimpin. 

Sebelumnya, Yusuf dipecat dari PKS, dan maju sebagai caleg Partai Hanura dengan dapil Bogor, tetapi dia gagal. Terkait pilihannya bergabung dengan PDIP, dia menilai tujuh puluh persen pendukung partai itu adalah umat Islam dan santri.

"Tujuh puluh tujuh persen santri. Saya kan santri, jadi (partai) ketemu santri, cocok," kata Yusuf di kantor KPU, Jakarta, pada Selasa 17 Juli 2018.

Nama-nama lain yang membuat publik cukup terkejut adalah pengacara Habib Rizieq Shibab, Kapitra Ampera yang juga maju sebagai caleg dari PDIP, dengan daerah pemilihan Sumatera Barat. Kemudian, sejumlah politikus Partai Hanura yang pindah ke Nasdem.

Ada juga nama Abraham Lunggana alias Haji Lulung. Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta itu pindah ke Partai Amanat Nasional dari sebelumnya Partai Persatuan Pembangunanan. Juga Sarifuddin Suding, mantan Sekjen Partai Hanura yang menjadi caleg dari PAN pada Pemilu 2019.

Abraham Lunggana alias Haji Lulung.

Satu kabar lagi yang tidak kalah mengejutkan adalah Abdul Aziz alias Daeng Aziz mendaftarkan diri sebagai bakal calon anggota legislatif di KPU Provinsi Sulawesi Selatan. Pria yang sering disebut 'bos' Kalijodo di Jakarta Barat itu maju sebagai bacaleg Partai Gerindra. Daeng Aziz akan maju sebagai bacaleg Provinsi Sulsel Dapil V, yakni Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, dan Selayar.

Dari kalangan artis juga tidak ketinggalan. Sejumlah nama memilih untuk lompat pagar seperti Krisdayanti, dari Hanura ke PDIP, lalu Lucky Hakim dari PAN ke Nasdem, atau Annisa Trihapsari yang memilih maju jadi caleg Partai Berkarya dibandingkan PAN.'

Partai baru atau yang pada pemilu sebelumnya tidak lolos ke DPR juga berusaha menyiapkan komposisi caleg terbaik mereka. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mencoba mendaftarkan caleg mereka di semua dapil, yakni 575 caleg DPR RI di 80 dapil.

Dari total bakal caleg yang didaftarkan, 45 persennya diisi keterwakilan perempuan. Mereka juga menyodorkan kader muda yang usianya di bawah 45 tahun sebanyak 65 persen.

Lalu Partai Bulan Bintang (PBB) mencoba mencalonkan mantan pengurus HTI, FPI hingga  eks kombatan Aceh. Mereka sengaja tidak mencalonkan artis karena menekankan pada kemampuan dan basis intelektual.

Semua Partai Mendaftar

Ketua Komisi Pemilihan Umum, Arief Budiman, memastikan 16 partai politik telah mendaftarkan bakal calon anggota legislatif ke lembaganya. Namun, hari ini, Rabu, 18 Juli 2018, KPU hanya memeriksa berkas bakal calon anggota DPR saja.

"Sampai dengan hari ini, pukul 14.30 kami sampaikan data proses pengajuan bacaleg anggota DPR RI. Hanya untuk DPR RI," kata Arief di kantornya, Rabu 18 Juli 2018.

Hal tersebut dikarenakan data bakal calon anggota DPRD tingkat provinsi, kota hingga kabupaten masih berada di daerah. Mereka masih menunggu report dari seluruh daerah. Bila seluruhnya sudah masuk, mereka akan menginformasikan proses pengajuan bakal calon secara nasional.

Arief lantas memaparkan data bacaleg dari 16 partai peserta Pemilu 2019 yang telah didaftarkan ke KPU pada Selasa, 17 Juli 2018 hingga pukul 24.00 atau 00.00 WIB.

PDIP daftar caleg ke KPU, Selasa, 17 Juli 2018.

Parpol nomor urut 1, Partai Kebangkitan Bangsa jumlah dapil yang diajukan 80, jumlah calon yang diajukan 575. Laki-laki 355, perempuan 220. Persentase perempuan 38,26 persen dan status pengajuannya telah diterima.

Parpol nomor urut 2, Partai Gerindra jumlah dapil yang diajukan 80. Jumlah calon yang diajukan 575; laki-laki 362, perempuan 213, persentase perempuan 37,04 persen. Status pengajuannya telah diterima.

Parpol nomor urut 3, PDIP Perjuangan jumlah dapil yang diajukan 80. Jumlah calon yang diajukan 575; laki-laki 360 perempuan 215. Persentase perempuan 37,39 persen. Status diterima.

Parpol nomor urut 4, Partai Golkar jumlah Dapil yang dihasilkan 80. Jumlah calon 575; laki-laki 357, perempuan 218. Persentase perempuan 37,91 persen. Status diterima.

Parpol nomor urut 5, Partai NasDembjumlah Dapil 80. Jumlah perempuan yang diajukan 575; laki-laki 355, perempuan 220. Presentase perempuan 38,26 persen. Satus diterima.

Parpol nomor urut 6, Partai Garuda jumlah dapil yang diajukan 80 jumlah calon yang diajukan 375; laki-laki 195 dan perempuan 180. Persentase perempuan 48 persen. Status diterima.

Gerindra daftarkan para bacaleg dengan map Prabowo Presiden 2019

Parpol nomor urut 7, Partai Berkarya jumlah Dapil 80. Jumlah calon yang diajukan 575; dengan laki-laki 346 dan perempuan 229. Persentase perempuan 39,83 persen. Status diterima.

Parpol nomor urut 8, Partai Keadilan Sejahtera. Jumlah Dapil 80. jumlah calon yang diajukan 538 itu berdasarkan di Silon, tapi KPU menerima hard copy mencapai 575. Laki-laki 326 perempuan 212. presentasi perempuan 39,41 persen. Status diterima.

Parpol nomor urut 9, Persatuan Indonesia atau Perindo status pengajuan  jumlah Dapil 80. Jumlah calon 575; jumlah laki-laki 353 dan jumlah perempuan 222. Presentasi perempuan 38,61 persen. Status pengajuannya diterima.

Parpol nomor urut 10, Partai Persatuan Pembangunan. Jumlah Dapil 80. calon yang diajukan 557 ; laki-laki 327  dan perempuan 230. Presentase perempuan 41,29 persen. Status pengajuan diterima.

Parpol nomor urut 11, Partai solidaritas Indonesia (PSI). Jumlah Dapil 80. Calon yang diajukan 575; laki-laki 313 dan perempuan 262. Persentase perempuan 45,57 persen. Status diterima

Parpol nomor urut 12, Partai amanat nasional jumlah Dapil 80. Calon yang diajukan 575; laki-laki 357dan perempuan 218. Persentase perempuan 37,91 persen. Status pengajuan diterima.

Parpol nomor urut 13, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Jumlah Dapil yang diajukan 80. calon yang diajukan 559; laki-laki 325 dan perempuan 234. Persentase perempuan 41,86 persen. Status pengajuan diterima.

Parpol nomor urut 14, Partai Demokrat jumlah Dapil yang diajukan 80. Calon yang diajukan 574; laki-laki 347 dan perempuan 227. Persentase perempuan 39,55 persen. Status pengajuan diterima.

Parpol nomor urut 19, Partai Bulan Bintang (PBB). Jumlah Dapil yang diajukan 80. Calon yang diajukan 415; laki-laki 243 dan perempuan 172. Presentase perempuan 41,455 persen. Status pengajuan masih proses penelitian syarat pengajuan calon.

Parpol nomor urut 20, Partai Keadilan dan persatuan Indonesia (PKPI) jumlah dapil yang diajukan 77. Calon yang diajukan 177; laki-laki 78 dan perempuan  99. Persentase perempuan 55,93 persen. Status pengajuan diterima.

Sementara itu, Komisioner KPU Pramono Ubaid menuturkan setelah penutupan pendaftaran caleg institusinya melakukan verifikasi atau penelitian administrasi pada hari Rabu, 18 Juli 2018. Lalu pada 19-21 Juli 2018, mereka akan menyampaikan hasil penelitian administrasi itu kepada partai politik yang bersangkutan.

"Tujuannya untuk dilakukan perbaikan. Nah, nanti perbaikan ini akan punya waktu sepekan," kata Pramono.

Setelah perbaikan itu, KPU kembali melakukan penelitian atas dokumen perbaikan. Baru setelah itu mereka bisa menetapkan Daftar Caleg Sementara (DCS).

"Jadi kami masih punya waktu sampai nanti malam (Rabu, 18 Juli 2018), buat pemeriksaan dokumen syarat administrasi, dan hasilnya akan disampaikan ke parpol mulai besok sampai 21 Juli," katanya.

Pramono melanjutkan penetapan Daftar Caleg Tetap bisa dilakukan setelah ada perbaikan atau penggantian calon dan KPU sudah meneliti syarat-syaratnya lagi. Kemudian, jika proses penelitian itu menyebabkan gugurnya salah satu kandidat caleg, maka KPU akan menyampaikan ke parpolnya.

Pramono menegaskan bahwa penetapan DCS ke DCT tidak bisa langsung. Mereka akan mengumumkan DCS terlebih dahulu ke publik untuk tanggapan dan masukan masyarakat.

"Atau jika ada yang diperlukan periksa ulang, ya kami periksa ulang," tutur dia.

Kans di Pemilu 2019

Lantas, bagaimana setelah proses pendaftaran ini? Apakah dengan mengusung nama-nama itu, partai politik akan meraih suara seperti yang mereka inginkan di Pemilu 2019 dan meraih kemenangan?

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan langkah mengusung nama-nama populer dengan rekam jejak yang baik seperti Johan Budi, Haji Lulung, dan lain-lain, tentu sangat menguntungkan bagi parpol untuk meraih dukungan di pileg.

"Setidaknya mereka punya modal sosial politik untuk dikapitalisasi sebagai strategi mendongkrak suara. Apalagi saat ini sangat susah mencari caleg dengan rekam yang baik," kata Adi saat dihubungi VIVA, Rabu, 18 Juli 2018.

Kedua, fenomena pindah partai, dia memiliki setidaknya tiga analisa. Pertama, langkah itu sebagai bagian dari strategi parpol untuk mendulang suara di pileg. Figur yang dianggap populer seperti Johan Budi, Kapitra, Yusuf Supendi dijadikan sebagai vote getter mengamankan perolehan suara di daerah pemilihan.

Kedua, parpol berpikir taktis jangka pendek guna meraup suara sebanyak-banyaknya meski yang diusung bukan kader partai. Tujuan utamanya hanyalah menang dan menang.

Ketiga, bukti matinya ideologi dan kaderisasi parpol. Padahal tujuan utama parpol adalah melakukan rekrutmen elit untuk dipersiapkan sebagai calon pemimpin publik seperti anggota dewan, gubernur, bupati, wali kota, bahkan presiden.

"Fungsi partai nyaris tak berjalan," kritik dia.

Mengenai siapa partai yang akan lolos dan tidak lolos ke DPR serta tampil sebagai pemenang dalam Pemilu 2019, Adi mengatakan ada tiga tiga indikasi untuk melihatnya. Pertama, soliditas mesin partai. Jika partai all out berjuang memenangkqn caleg yang diusung kemungkinan besar akan lolos ke senayan, dan berpotensi memenangi kontestasi.

Kedua, lanjutnya, mesin parpol saja tak cukup jika figur yang diusung tidak memiliki elektabilitas memadai. Sebab itu parpol berlomba-lomba mengusung caleg artis maupun tokoh yang sudah terkenal untuk jadi caleg.

Ketiga, strategi politik. Mesin parpol dan figur yang populis tidak menjamin kemenangan jika strategi yang digunakan tidak jitu.

"Banyak contohnya di pileg sebelumnya caleg-caleg artis maupun tokoh populer kalah karena strateginya salah fatal. Strategi yang paling jitu adalah road show door to door campaign mengajak pemilih langsung datang ke TPS memilih caleg. Bukan hanya duduk indah di menara gading," kata Adi.

Persiapan pendaftaran calon anggota legislatif (caleg) DPR dan DPRD Pemilu 2019

PDIP dan Gerindra

Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin berpendapat jika dilihat dari komposisi caleg-caleg yang diusung, bisa saja PDIP atau Gerindra yang akan menang. Dan yang terancam tidak lolos ke DPR kemungkinan besar PSI, PBB, PKPI, Partai Berkarya, dan Partai Garuda.

"Tapi partai yang sudah established-pun terancam tidak lolos seperti PPP," kata dia saat dihubungi VIVA, Rabu, 18 Juli 2018.

Ujang menambahkan kemenangan di pileg bukan hanya faktor caleg-caleg yang diajukan. Namun banyak faktor lain yang harus diperhatikan seperti kampanye parpol via udara dan darat.

Dia juga mengingatkan nama-nama besar tidak menjamin partai politik dapat mendulang suara yang banyak. Tapi mereka tetap penting dijadikan caleg agar partai tidak berjuang dari nol.

"Karena mereka punya nama besar," ujarnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu mengingatkan caleg yang memiliki nama besar belum tentu terpilih. Karena banyak juga kalangan artis yang populer pada Pileg 2014 yang lalu juga tidak terpilih.

"Populer saja tidak cukup. Karena yang populer belum tentu dipilih," tutur dia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya