Geger YouTube Tumbang

Logo YouTube di markas pusat YouTube, California, Amerika Serikat
Sumber :
  • Instagram/@marissa_dikaia

VIVA – Pengguna internet di berbagai belahan dunia resah dan gelisah. Mereka tak bisa mengakses YouTube pada Selasa malam atau Rabu pagi 17 Oktober 2018 waktu setempat. 

Teuku Ryan Tak Bisa Janjikan Tak Poligami, Serahkan Semua Kepada Allah

Usut punya usut, platform video milik Google itu memang mengalami gangguan. Menit demi menit lalu hingga sejam lebih, YouTube tak bisa diakses. Platform ini tumbang.

Pengguna internet kian cemas, dan seperti biasanya mereka deras 'berteriak' dan berkeluh kesah di Twitter. Mengapa mereka tak bisa mengakses YouTube, ada apa dengan YouTube? Pengguna mengeluhkan YouTube, YouTube TV, dan YouTube Music mengalami gangguan. 

Pemuda Kristen Ini Sembunyikan Kalung Salib yang Dipakainya saat Ditanya tentang Ramadhan

Platform video populer yang didirikan pada 2005 itu merespons dan meminta maaf kepada pengguna atas masalah tersebut.

"Kami meminta maaf sekaligus berterima kasih atas respons kamu semua dan kami sedang berupaya memperbaikinya. Kami akan mengumumkan begitu masalah ini terselesaikan," tulis akun @TeamYouTube. 

Spesifikasi Singkat Infinix Note 40 Series yang Akan Hadir di Indonesia

Tumbangnya layanan YouTube tercatat terjadi di banyak negara. Pada pantauan situs web pendeteksi laman yang tumbang, Downdetector, beberapa wilayah yang terdampak tumbangnya layanan YouTube adalah Amerika Serikat, Eropa terutama Inggris, Australia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Indonesia.

Setelah kurang lebih 1,5 jam tumbang, YouTube berangsur normal. Dalam keterangannya di media sosial Twitter, Rabu 17 Oktober 2018, YouTube mengumumkan layanan mereka kembali normal. YouTube menyampaikan terima kasih kepada pengguna yang bersabar menunggu perbaikan layanan. 

YouTube berpesan kepada pengguna, apabila nantinya setelah layanan normal ini pengguna menemukan kendala lagi, jangan sungkan untuk menghubungi saluran kontak resmi YouTube. 

Tumbangnya YouTube menunjukkan bagaimana pengguna internet begitu tergantung dengan platform ini. Wajah ini sepertinya sudah menjadi kecenderungan pengguna internet masa kini. Tiap kali ada layanan media sosial yang tumbang, mereka dengan cepat gusar. 

Pola galau pengguna internet atas tumbangnya layanan media sosial relatif sama. Begitu tahu mereka gagal mengakses layanan media sosial, maka mereka akan langsung membanjiri Twitter dan 'berteriak' kenapa ini terjadi? Trending topic dengan tagar #YouTubeDown langsung memuncak. 

Tentu saja, pengguna yang mengeluh dengan tumbangnya YouTube adalah YouTuber. 

Produser musik yang juga YouTuber, Awwalur Rizqi al-Firori, awalnya menyangka terdapat kesalahan teknis pada salah satu perangkat komputernya. Namun, setelah dicek kembali ternyata problem ada di YouTube.

"Saya sempat coba dari berbagai device, takutnya HP saya yang eror, tapi ternyata memang semuanya tidak bisa. Pasti agak kosong yah kalau YouTube sedang mengalami masalah. Tapi untungnya tidak berlanjut lama," ujarnya kepada VIVA. 

Kekecewaan serupa dirasakan YouTuber lain, Mustofa Nabhan Syafiq. Ia mengaku sedikit kecewa atas kejadian ini.

"Kecewa sedikit lah, enggak terlalu masalah juga. Paling hilang viewer beberapa saat saja," ujarnya kepada VIVA.

Tumbangnya YouTube kali ini memang rekor. Belum pernah terjadi tumbang sampai berjam-jam dan dirasakan sebagian pengguna hingga seharian. 

Dampak tumbangnya layanan ini yang paling kentara bagi YouTuber adalah penurunan waktu tonton dari pelanggan mereka. Selanjutnya dampaknya pada penurunan pendapatan. 

YouTuber Tereza Fahlevi mengatakan, tumbangnya YouTube tak begitu berpengaruh, sebab dia tak menjadikan platform video ini sebagai pendapatan utama. 

"Bagi YouTuber yang sumber pendapatan utamanya dari YouTube mungkin merugikan, tapi ya enggak spesifik banget, enggak terlalu rugi lah istilahnya," ujarnya.  

Hingga laporan ini ditulis, YouTube maupun Google belum mengungkapkan biang tumbangnya platform video tersebut. Kemungkinan Google atau YouTube memberikan laporan detail biang tumbangnya layanan itu dalam beberapa hari ke depan.  

"Reaksi publik di luar kendali. Untuk sementara waktu kami masih menyelidiki masalah ini," kata Communications Manager Google Indonesia, Feliciana Wienathan kepada VIVA.

Ternyata tumbangnya YouTube tak sendirian. Laman 9to5Google menunjukkan, selain YouTube, layanan di Play Store juga bermasalah. Pencairan cepat di kolom Twitter juga turut bermasalah. 

Setelah kurang lebih 1,5 jam tumbang, server YouTube dan transaksi di Play Store kemudian pulih bersamaan. Makanya, ada yang menduga tumbangnya beberapa layanan berbasis internet itu berkaitan. 

YouTube memang telah menjadi platform andalan bagi pengguna internet yang berbisnis maupun sekadar cari hiburan. Wajah ketergantungan pengguna internet pada YouTube bisa dilihat dari angka dan statistik. 

Suasana kantor YouTube

Dikutip dari laman Omnicore, per 18 September 2018, jumlah pengguna aktif bulanan YouTube mencapai 1,9 miliar pengguna, pengguna aktif harian YouTube lebih dari 30 juta pengguna. 

Kemudian dari sisi YouTube TV, jumlah pelanggan mencapai 300 ribu pelanggan per 24 Juni 2018. Jumlah video yang telah dibagi di YouTube mencapai 5 miliar lebih video per 24 Juni 2018. 

YouTube juga menjadi sarang untuk mencari uang dan ide kreativitas. Bisa dilihat dari jumlah pencipta konten yang membagi konten mereka per 24 Juni 2018 yakni 50 juta pengguna.

Selanjutnya rata-rata sesi untuk menonton video di YouTube mencapai 40 menit per 24 Juni 2018. Rata-rata waktu menonton YouTube itu naik 50 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu. 

YouTube juga mencerminkan untuk menjadi platform video nomor wahid di dunia. Tiap hari ada 5 miliar video yang ditonton, 500 juta view mobile YouTube per hari, 300 jam video diunggah per menitnya berdasarkan data per 24 Juni 2018.

Hidup tanpa YouTube

Kedigdayaan YouTube memang tak terbantahkan. Chief Executive Officer SociaBuzz, Rade Tampubolon, mengatakan, YouTube sudah menjadi  kebutuhan bagi pengguna internet saat ini. Bukan cuma bagi pengguna individu, tapi juga bagi entitas bisnis misalnya perusahaan atau pemilik merek. 

Secara fungsi, YouTube dengan berbagai fiturnya dimanfaatkan entitas bisnis untuk saluran pemasaran, sedangkan bagi individu bisa memakai YouTube untuk mendulang uang dengan konten kreatifnya. Makanya belakangan ini muncul sebutan profesi baru, YouTuber, alias konten kreator yang mendulang penghasilan lewat videonya di YouTube.

"Nah, kalau YouTube down beberapa menit banyak hal value yang hilang ya. Karena sudah begitu kuat, tiap detik, menit, dan jam (memakai YouTube). Jadi ada value dihasilkan, nah kalau down, pastinya value hilang. Ya jadi cukup galau," ujarnya kepada VIVA. 

Rade menilai, sebagai platform, YouTube memang punya keunggulan dibanding platform media sosial lain. YouTube menggabungkan dua sensor visual dan audio yang cenderung lebih asyik dan enak dikonsumsi dibanding dengan konten teks yang dominan pada aplikasi media sosial yang melibatkan aktivitas membaca.

Menurutnya, kekuatan YouTube yang lainnya, yakni platform ini telah mewujud menjadi pusat informasi utama setelah mesin pencairan Google.

"Mau nyari apa pun, dari tutorial sampai informasi ada di situ. Dia (YouTube) bisa dikatakan search engine terbesar kedua setelah Google. Jadi ya kalau YouTube down, ya kayak powerless enggak berdaya. Enggak ada platform video yang sekuat YouTube," ujarnya.

Fitur menarik di YouTube.

YouTube tumbang memang membuat galau dan resah. Namun, Rade kurang sepakat, tumbangnya platfom video itu membuat hidup menjadi mati kutu atau membeku. Artinya, tak otomatis pengguna internet tak bisa hidup tanpa adanya YouTube.

Rade menjelaskan, saat YouTube tumbang, pengguna internet jika memang penting bisa memanfaatkan saluran internet lain, misalnya Google dan lainnya. 

"Jadi enggak juga kalau dibilang enggak bisa hidup. Manfaatkan channel lain saja," tuturnya. 

Untuk itulah, dia berpandangan idealnya YouTuber memang tidak cuma mengandalkan saluran YouTube, untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini. Jadi saat YouTube tumbang, YouTuber bisa memanfaatkan saluran lain untuk tetap menjaga peluang mendapatkan penghasilannya.

"Kita jangan taruh telur di satu keranjang. bisa pecah semua, taruh di keranjang lain,” sarannya. 

Dia meyakini, konten kreator yang sudah paham dengan industri digital, mereka akan memetakan serta mendiversifikasi saluran konten, tak cuma mengandalkan YouTube.

Untuk pemasaran, memang tak semuanya ideal dilakukan di platform YouTube. Sebab, menurut Rade, masing-masing platform internet mewakili potret diversifikasi layanan dan bisnis.

Selain itu, masing-masing platform punya kekhasan dan keunggulannya masing-masing. Rade menyebutkan, YouTube unggul dalam keyword yang cepat dan informasi tutorial visual, sedangkan Instagram dalam hal ini kurang bagus karena platform ini berbasis timeline. 

Dalam konteks pemasaran, menurutnya, tidak ada hukum saluran paling bagus atau lemah. Sebab, tergantung dari target pemasarannya. Misalnya jika ingin menggaet pasar di YouTube maka saluran pemasaran yang utama ya YouTube.  

"Ada beberapa online shop yang pakai Instagram juga sukses nyatanya. Ada juga tipe bisnis lain, bisa pakai YouTube sebab pakai Instagram enggak cocok," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya