- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Ada pemandangan tak biasa di Danau Toba awal Juli 2018. Ratusan orang dengan rompi penyelamat di badan menatap sedih di atas Kapal Motor Sumut II, yang membawa mereka ke suatu titik yang dekat dengan Dermaga Tigaras, Danau Toba. Bersama dengan ratusan orang tersebut, ada keranjang-keranjang berisi bunga.
Begitu sampai ke titik yang dituju, orang-orang menepi di bagian pinggir kapal. Sambil memegangi keranjang bunga, mereka menatap ke arah danau. Tangan-tangan wajah sedih itu mengambil buliran bunga di keranjang. Terlihat lemas, pasrah dan menahan tangis, mereka menaburkan bunga ke danau.
Jeritan dibalas dengan jeritan pecah di kapal tersebut. Sambil menabur bunga, mereka menangis, menjerit memanggil nama-nama keluarga yang hilang.
Jeritan berisi doa memanggil keluarga mereka di titik penting itu makin menampakkan suasana sedih. Di situ lah titik koordinat tenggelamnya KM Sinar Bangun pada 18 Juni 2018.
Keluarga korban melakukan tabur bunga di Danau Toba, Sumatera Utara. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Siang itu, Senin 2 Juli 2018, keluarga korban menangis, berdoa dan berharap yang terbaik bagi kelurganya yang tenggelam, melalui taburan bunga dan doa. Sudah belasan hari evakuasi dilakukan, namun belum jelas nasib anggota keluarga mereka.
Tangis tak hanya berasal dari danau. Dermaga Tigaras, berhari-hari menjadi titik kumpul keluarga korban yang sedih. Perempuan setengah baya berkerudung merah menembok di mobil polisi militer. Sambil menangis, dia memanggil-manggil buah hatinya yang pergi bersama KM Sinar Bangun. Total ada 164 penumpang yang masih tenggelam bersama KM Sinar Bangun.
"Ohh...Anakku.. Anakku, katanya kau mau ke Berastagi sama mamak. Rupanya kau ke lautnya, nak," kata perempuan tersebut dengan suara tangis merintih. Tak hanya keluarga korban, publik pun terguncang dengan kecelakaan KM Sinar Bangun di Danau Toba, tempat yang selalu mengundang banyak perhatian.