SOROT 590

Dunia Berjaga Wabah Corona

Pemerintah China mengebut pembangunan rumah sakit khusus orang-orang yang terjangkit virus corona dan segala penanganan wabah mematikan itu di kota Wuhan, provinsi Hubei.
Sumber :
  • tvOne

VIVA – Wuhan mendadak sunyi. Keriuhan kota dengan penduduk mencapai 11 juta jiwa tersebut berkurang drastis. Lalu lalang kendaraan dan penduduk dengan segala aktivitasnya tak lagi terlihat sejak virus corona merebak.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Baca juga: WHO Nyatakan 'Darurat Kesehatan Global' Virus Corona

Nama Wuhan, kota di Provinsi Hubei, China, menjadi terkenal seantero jagat setelah dampak virus corona menjadi pandemi baru. Wuhan adalah kota pertama tempat virus corona ada dan kemudian menyebar cepat ke berbagai negara. Pemerintah China memutuskan menutup total kota tersebut setelah virus corona terdeteksi berasal dari The Huanan Seafood Market, pasar hewan setempat.

Wanita Paruh Baya Ini Lakukan Operasi Plastik Jadi Muda untuk Kelabui Polisi

Virus ini mulai terdeteksi pada pertengahan Desember 2019. Namun tak pernah diperkirakan bahwa penyebarannya membahayakan dan dampaknya bisa mematikan. Pada 31 Desember 2019, pemerintah China sudah melaporkan pada WHO tentang berkembangnya penyakit sejenis pneumonia di Wuhan.

Kota Wuhan locked down akibat merebaknya virus CoronaKota Wuhan di locked down 

Pakar Imbau, Waspadai Pandemi Disease X, Mematikan Dibanding COVID-19

Saat itu, kepada WHO pemerintah China juga menyampaikan berbagai penanganan yang telah mereka lakukan untuk menekan penyebarannya. Mulai dari memberikan perawatan kepada pasien, mengisolasi kasus baru, mengidentifikasi pasien, melakukan pelacakan kontak dengan konsisten, hingga melakukan penilaian lingkungan di pasar besar, dan menyelidiki patogen penyebab wabah.

Sayangnya, upaya itu tak memberi dampak signifikan. Sejak pelaporan ke WHO, kasus ini terus berkembang dengan pesat. Dalam dua pekan, kasus ini sudah menginfeksi 544 orang dan 17 orang meninggal dunia. Virus tersebut teridentifikasi sebagai virus novel corona dengan kode virus 2019-nCoV. Virus ini juga dengan cepat menyebar ke 33 wilayah di China termasuk Beijing, Shanghai. Kasus ini juga teridentifikasi di Jepang, Hong Kong, Macau, Taiwan, Thailand, Korea Selatan, bahkan Amerika.

Dampaknya, pemerintah China memutuskan me-lockdown kota Wuhan. Seluruh transportasi publik dari dan ke Wuhan ditutup aksesnya. Kegiatan keluar masuk kota juga dibatasi. Huanan Seafood Market lebih dulu ditutup. Hampir semua kegiatan bisnis, pendidikan, dan kegiatan lain dihentikan. Seluruh warga diimbau untuk berada di rumah atau asrama tempat mereka tinggal, dan wajib mengenakan masker di seluruh area publik.

Mahasiswa asal Indonesia, Yuliannova Lestari Chaniago, yang sedang menempuh program S2 Hubungan Internasional di Central China Normal University, Wuhan, mengakui kota tersebut memang bebas aktivitas. Tapi bukan berarti tak ada aktivitas sama sekali. Ia menolak menggunakan kata isolasi dan karantina, karena menurutnya itu tidak tepat.

"Kebijakan pemerintah China untuk men-shutdown sementara transportasi di, dari, dan ke Wuhan bukan berarti meniadakan aktivitas warga Wuhan secara total. Tidak ada larangan untuk pergi keluar rumah, hanya imbauan untuk selalu menggunakan masker ketika beraktivitas di luar. Saya masih melihat tetangga-tetangga saya keluar masuk asrama karena kebutuhan mereka. Dan tentunya menggunakan masker," ujarnya kepada VIVAnews, Jumat, 31 Januari 2020.

Sejumlah WNI yang akhirnya berbelanja kebutuhan pokok di Kota Wuhan, China.Sejumlah WNI di Kota Wuhan

Ia menuturkan, sesama mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan saling terus memberi semangat agar tetap tenang dan tidak panik. Tiap malam mereka saling memeriksa suhu badan dan melaporkannya secara berkala ke pihak kampus masing-masing. Yuliannova memastikan bahwa ia dan teman-temannya tidak kelaparan karena stok makanan cukup dan tetap bisa tidur nyaman di asrama tempat tinggal mereka selama ini.

Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) di Bandung, Jawa Barat, ikut sibuk. Rumah sakit ini menerima dua pasien dengan dugaan terpapar virus Novel Coronavirus (2019-nCoV). Dua orang itu adalah warga China yang tengah bekerja, sementara yang satunya yaitu warga Dago yang pulang dari Singapura. Keduanya dirawat intensif dan ditempatkan dalam ruang isolasi.

Ketua Tim Infeksi Khusus RSHS, dr. Yovita Hartantri, SpPD-KPTI menjelaskan kedua pasien dirawat menggunakan alat bantu nafas, dan masuk kategori pasien dalam pemantauan. 

"Jadi kalau dalam pemantauan itu dia sebenarnya dalam risiko yang ringan, artinya dia tidak dengan tanda infeksi, tidak ada secara umum sesak nafas, lalu dia tidak ada kontak dengan orang yang memang terkonfirmasi posifitf, tidak ada. Jadi masih dalam risiko rendah tapi ada yang datang dengan sesak nafas, dengan alat bantu nafas lalu ada riwayat ke negara Singapura dimana di sana ditemukan kasus yang terkonfirmasi maka kita masukan kriteria pasien dalam pengawasan atau termasuk resiko yang tinggi,” ujarnya kepada VIVAnews.

Yovita menjelaskan, bahwa RSHS sudah sejak tahun 2013 menangangi SARS. Ia memastikan persiapan sudah aman terkendali.  “Sebenarnya RSHS sudah sebenarnya sejak jaman 2013 SARS. Pengalaman aman, sudah ada tim, sudah ada SOP nya, kemarin kami juga sudah koordinasi dan simulasi, jadi aman terkendali," ujarnya. 

Soal kemampuan teknologi untuk mengidentifikasi virus corona, ia mengatakan saat ini dipusatkan di Litbangkes Kementerian Kesehatan. 

“Jadi untuk corona itu kan penyakit baru, virus baru. Langsung WHO memberikan induknya, promernya ke seluruh laboratorium tiap negara, dalam hal ini Litbangkes Kemenkes pusatnya. Saat ini komputerisasi digitalisasi, real time,” ujarnya menjelaskan. 

Selain itu untuk mengupayakan agar tidak timbul kepanikan di publik, pihak RSHS juga sudah bertemu dengan Dinkes, KKP, terutama di daerah-daerah. Ia mengatakan, saat ini ada grup koordinasi, yang akan akan menginformasikan dulu apakah harus diisolasi, dikirim atau tidak. Saat ini Koordinasi dilakukan dengan intens, daerah daerah melakukan konsultasi, dan dinilai sesuai kriteria. 

Evolusi Virus

Sebuah artikel di stasiun berita BBC mengungkapkan, bagaimana cara hidup manusia yang telah berubah, sekitar 55% populasi manusia kini hidup di kota, meningkat 35% dibanding 50 tahun lalu, memberi dampak terjadinya evolusi penyakit.

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Kasus konfirmasi positif COVID-19 di DKI Jakarta kembali meningkat. Per Rabu 13 Desember 2023 tercatat ada sebanyak 131 kasus baru sehingga total kasus aktif 365 kasus.

img_title
VIVA.co.id
13 Desember 2023