Rumah Politik Buruh

Peringati May Day, Ribuan Buruh Penuhi SUGBK
Peringati May Day, Ribuan Buruh Penuhi SUGBK
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

Artinya, jika buruh ingin mengubah nasibnya, mereka harus terlibat dalam sistem politik agar bisa mempengaruhi dan membuat kebijakan yang berpihak kepada buruh. “Perjuangan ekonomi adalah bagian dari perjuangan politik. Nah, partai politik adalah alatnya,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Kamis, 30 April 2015.

Lukman menjelaskan, untuk mengubah keadaan di sektor ketenagakerjaan harus melalui perjuangan politik dan membangun partai politik. Untuk itu, keinginan GBI membangun partai dan terlibat dalam sistem politik dengan tujuan dapat terlibat dan mengubah kebijakan yang pro rakyat harus diapresiasi. Sebab, partai politik sudah kehilangan kepercayaan dari rakyat.

Meski memberikan dukungan, tak berarti FNPBI akan bergabung dengan partai yang akan dibentuk GBI tersebut. Sebab, FNPBI sudah bergabung di Partai Rakyat Demokratik (PRD). Lukman hanya berharap, GBI konsisten dan tak main-main terkait wacana mendirikan partai politik tersebut.

Dukungan juga datang dari aktivis buruh, Muchtar Pakpahan. Pendiri Partai Buruh ini mengatakan, rencana buruh mendirikan partai sendiri merupakan sebuah keharusan jika buruh ingin makmur dan sejahtera.

Menurut dia, sejumlah negara yang buruhnya sejahtera merupakan hasil perjuangan politik buruh. Ia mengatakan, gerakan buruh itu bergerak di tiga sisi yakni, di serikat buruhnya, politik, dan sisi ekonomi. Jika ketiganya berjalan serentak, ia yakin buruh akan sejahtera.

“Saya bersyukur jika kini kawan-kawan mengalami kesadaran itu,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Rabu, 29 April 2015.

Pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago juga sepakat dengan rencana buruh mendirikan partai politik sendiri. Menurut dia, hal itu diperlukan guna menjembatani antara aspirasi dan kehendak buruh dengan pemerintah.

Namun menurut dia, buruh harus belajar dari kegagalan partai buruh sebelumnya. Sebab, menurut dia, dalam pendirian partai buruh sebelumnya, buruh hanya dijadikan komoditas politik atau dimanfaatkan elite parpol. Mereka mengabaikan aspirasi dan kehendak buruh.

“Jangan sampai ada atau tidaknya partai buruh tak membawa kebaikan apa apa terhadap keadilan dan kesejahteraan buruh,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Rabu, 29 April 2015.

Pengamat asal Universitas Islam Negeri Jakarta ini menambahkan, latar belakang buruh berniat mendirikan parpol karena alasan kekuasaan elite buruh, sebagai saluran untuk kelanjutan karier politik mereka. Selain itu, buruh menilai, partai yang ada tak mampu merepresentasikan kepentingan mereka.

“Ketiga, partai buruh dianggap partai yang bisa menampung aspirasi. Itu alasan mereka mendirikan partai, partai lain tak bisa diharapkan dan diandalkan,” ujar pria yang akrab disapa Ipang ini menambahkan.

Ketua Umum Partai Buruh Muchtar Pakpahan berkampanye

Rencana buruh mendirikan partai sendiri merupakan sebuah keharusan, jika buruh ingin makmur dan sejahtera. FOTO: ANTARA/Adnan

Halaman Selanjutnya
img_title