Bahasa Daerah Tergerus Zaman

Sejumlah seniman tampil dalam pertunjukan ludruk khas Jawa Timur
Sejumlah seniman tampil dalam pertunjukan ludruk khas Jawa Timur
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Mulai Mengkhawatirkan

Enggannya masyarakat saat ini menggunakan bahasa daerah rupanya telah menjadi perhatian peneliti sejak lama. Bahkan sebuah penelitian yang dipaparkan situs Ethnologue tahun ini menyebutkan ada 700 lebih bahasa yang dituturkan oleh lebih dari 220 juta penduduk Indonesia.

Dari total 7.100 bahasa yang ada di seluruh dunia, 10 persennya ternyata ada di Indonesia. Dengan kondisi semakin kurangnya tuturan bahasa daerah, bukan hal yang mungkin jika semakin lama jumlah bahasa tersebut semakin menyusut.

Pakar bahasa dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Kisyani Leksono, mengatakan secara operasional ada lima tahapan daya hidup bahasa, dalam kaitannya dengan ancaman kepunahannya.

Pertama, bahasa berpotensi terancam punah karena generasi muda berpindah ke bahasa lain. Kedua, terancam punah karena generasi muda tidak menggunakannya.

Ketiga, lanjut Kisyani, sangat terancam punah karena hanya dituturkan oleh generasi yang berusia di atas 50 tahun. “Keempat, sekarat karena hanya dituturkan oleh generasi usia 70 tahun ke atas. Dan kelima, dikategorikan punah jika hanya ditutukan oleh satu penutur,” jelas Kisyani.

Dia mengakui belum tahu secara pasti berapa jumlah bahasa daerah atau etnis yang terancam punah. Masih diperlukan penelusuran secara saksama karena tidak mudah mendeteksi bahasa pencilan.

“Pernah dilakukan pemetaan bahasa daerah di Indonesia tapi macet sampai tahun 2008. Hasilnya, di Indonesia ditemukan 444 bahasa daerah,” kata Kisyani.

Sedangkan menurut penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), seperti dipaparkan oleh Obing Katubi, jumlah bahasa etnis Indonesia berada di posisi nomor dua setelah Papua Nugini. Indonesia memiliki 746 bahasa sedangkan Papua lebih dari 800.

Obing Katubi, Koordinator Penelitian Bahasa LIPI

Di Indonesia yang sudah teridentifikasi ada 746 bahasa etnis. FOTO: Agus Tri Haryanto/VIVA.co.id

Halaman Selanjutnya
img_title