Bahasa Daerah Tergerus Zaman

- VIVAnews/Fernando Randy
“Mereka (Papua) sekitar 800 bahasa. Itu karena letak geografis Papua, bersekat-sekat, makin banyak rintangan," kata Obing.
Itu yang membuat semakin banyak bahasanya. Menurut Obing, di Indonesia yang sudah teridentifikasi ada 746 bahasa etnis.
Kemungkinan bertambah terbuka, karena semakin terbuka akses atau wilayah yang dulunya terisolasi, itu bisa membuat (bahasa) bertambah lagi,” ujar Obing, yang didapuk menjadi koordinator penelitian bahasa di LIPI.
Keprihatinan PBB
Menurut laman Badan PBB Urusan Kebudayaan (Unesco), pakar bahasa Christopher Moseley, atas prakarsa Unesco, pernah menjelaskan jenis-jenis bahasa di dunia, mulai dari yang sudah punah, hampir punah, dan terancam punah. Ini disusun Moseley dalam publikasi bertajuk "Atlas of the World’s Languages in Danger."
Dalam publikasi yang didukung pemerintah Norwegia itu menyebutkan ada 3.000 bahasa di dunia yang terancam punah. Lebih dari 100 bahasa terancam punah berasal dari Indonesia, dan puluhan lainnya (di Indonesia) masuk kategori ‘punah’.
Namun, Pusat Pengembangan Perlindungan Bahasa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mensinyalir, dari 700 bahasa di Indonesia, yang tersisa hanya sekitar 10 persen dalam beberapa puluh tahun mendatang. Tepatnya hanya sekitar 70 bahasa yang masih eksis.
Namun, yang perlu diperhatikan serius saat ini, kata Kisyani, ada bahasa yang digunakan oleh beberapa suku terasing dan terancam punah. Seperti bahasa orang laut, Punan, Taijo, To Seko, Tugutil, Marobo, Bahaam, Arfak, Bauzi, Mek, Dani, Arso, Senggi, Asmat, Enggano, Mentawai, dan Sakai.
Faktor Penyebab
Banyak faktor bahasa daerah terancam punah. Tapi, jelas Kisyani, yang paling mengemuka ialah adanya sikap negatif yang menganggap bahasa lain diasosiasikan lebih maju dan modern. Dalam hal ini, faktor lingkungan mempengaruhi.
Selain itu, terang Kisyani, menyangkut ketidaklancaran transmisi bahasa ibu atau daerah. Itu terjadi karena beberapa hal seperti perpindahan penduduk (emigrasi, transmigrasi); sikap bahasa yang negatif; penjajahan (daerah dan atau budaya); kawin campur; diskriminasi kultural; peperangan; pendidikan (tekanan dari sekolah); dan wabah penyakit.