Bahasa Daerah Tergerus Zaman

- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA.co.id - Daniel, seorang bocah berusia 7 tahun. Dia kerap diajak bicara dengan Bahasa Madura oleh ayahnya, Faidi.
Sayangnya, sang Ayah hanya bisa mengajak Daniel berbincang dengan bahasa Madura Kasar (enjhek-iyeh). Kalau pakai versi halus (enggih-bhunten), Faidi mengaku anaknya belum bisa menuturkan.
Di Kecamatan Gapura dan Sumenep pada umumnya, ungkap alumnus IKIP Sumenep itu, bahasa Madura tetap dipakai. Namun, serbuan ponsel pintar yang bisa mengakses informasi apapun, memengaruhi cara warga, terutama pemudanya, dalam berkomunikasi.
Mulai banyak digunakan bahasa-bahasa gaul yang dikenal dari percakapan-percakapan di luar bahasa Madura melalui akses internet dan sosial media.
Daniel mungkin masih lebih baik ketimbang Alkeys Akbar Arumi. Siswi kelas 2 SD Muhammadiyah Surabaya itu tak bisa sama sekali berbahasa Jawa atau Madura.
Meski tinggal di Surabaya dan memiliki orang tua asli Madura dan Tuban, bocah berusia 8 tahun itu mengaku tidak bisa berbahasa keduanya. Saat ditanya dengan bahasa Madura, Alkeys hanya tersenyum karena tak mengerti.
Pun saat disapa dengan menggunakan bahasa Jawa, meski mengerti sedikit, gadis berkerudung itu memilih menjawab pertanyaan dengan bahasa Indonesia. Zaki, ayah Alkeys, tidak menyalahkan dirinya maupun anaknya terkait dengan ketidakpahaman akan bahasa daerah itu.
Dia mengaku telah mengajarkan anaknya bahasa Jawa dan Madura di rumah namun lingkungan sekolah dan tempatnya bermain selalu saja bertutur dengan bahasa Indonesia.
“Anak saya kan sekolah di swasta, di situ semuanya pakai bahasa Indonesia. Akhirnya, banyak kosakata Jawa yang tidak diketahui," kata Zaki.
Padahal, di rumah, Zaki dan istri terus berusaha menerapkan dan mengenalkan bahasa Jawa secara ketat kepada anak. "Tapi kesulitan karena anak terbiasa menggunakan bahasa yang bisa digunakan di lingkungan rumah saya,” kata pria kelahiran Mojokerto, yang juga alumnus Universitas Airlangga, Surabaya.
Miris memang. Padahal sebagai orang tua, mereka tahu pentingnya bahasa daerah sebagai identitas bangsa, sebuah bahasa Ibu yang menandakan darimana asal seseorang, sebuah penegas identitas.