Otomotif, Tutup Pabrik hingga Kartel

- ANTARA/Hafidz Mubarak A
Tak tanggung-tanggung, produk yang dibangun dari perusahaan otomotif patungan, PT SAIC General Motor Wuling (SGMW) itu, menyiapkan investasi sebesar US$700 juta atau setara Rp9,7 triliun untuk membuka bisnis di Indonesia. Pembangunan pabrik mereka hingga kini terus dikebut. "Tahun depan mungkin pembangunan selesai dan mulai beroperasi," kata Yan.
Kemunduran sejumlah APM di Indonesia sebenarnya juga dianggap sebagai sesuatu yang lumrah bagi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia. Terbilang normal karena principal dianggap pasti memikirkan sasaran tembak fokus bisnis berikutnya yang lebih menguntungkan bila di satu wilayah tak prospek.
"Kami lihat itu hal yang normal, namanya film persaingan usaha," kata Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohanes Nangoi.
Apa yang diprediksikan bahkan sudah terbukti dengan langsung dipilihnya pihak-pihak baru untuk menangani penjualan dan aftersales Ford, Harley dan Mazda. "Contohnya seperti Ford, dia tetap beroperasi melalui tangan orang lain, Mazda beroperasi dengan tangan orang lain. Tapi kalau industri dalam arti kata pabrik untuk sementara ini tidak ada yang tutup, jadi tetap pengurangan tenaga kerja tidak ada."
Menatap 2017, Gaikindo memproyeksikan bila peluang pasar penjualan kendaraan tahun depan masih tetap bertumbuh meski tak terlalu banyak. Pertumbuhan penjualan yang tidak terlalu banyak ini disebabkan beberapa faktor. Kata Nangoi, seperti kondisi perekonomian global yang kurang membaik serta banyaknya tantangan industri yang harus dihadapi.
Sementara Yan Sibarang menyebut angka. Penjualan mobil pada 2017 mendatang diprediksi akan terjual sebanyak 1,2 juta unit. Naik 200 ribu unit dari penjualan tahun ini yang hanya mencapai satu juta unit. "Kita tetap harapkan pertumbuhan 2016 itu paling tidak secara total bisa mencapai target di atas satu juta mobil terjual. Kalau 2015 itu satu juta juga. Target 2017 ada, ya sekira 1,2 juta mobil."
Tersandung Kartel
Tahun 2016 juga menjadi catatan penting bagi dua pabrikan sepeda motor raksasa di Indonesia, yakni PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) dan PT Astra Honda Motor (AHM). Keduanya dituding sekongkol mengatur harga skuter matik 110-125cc agar menjadi mahal di tengah kekuasaan mereka. Peluru panas, ditembakkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menempuh langkah hukum berbekal hasil swa-investigasi mereka.
Persidangan hingga kini terus bergulir. Meski Yamaha-Honda acap berkelit, selalu ada jurus baru yang dikeluarkan KPPU untuk benar-benar membuktikan keduanya bersalah, dan merugikan masyarakat.
Anggota Tim Investigator KPPU, Helmi Nurjamil mengungkapkan, pihaknya menargetkan kasus ini bisa diputuskan hasilnya pada awal 2017 mendatang. Target tentu baru bisa diketok bila bukti-bukti yang telah dikumpulkan berdasarkan kesaksian para ahli sudah cukup kuat untuk menjerat dua pabrikan itu. Bila tak ada aral melintang, diharapkan perkara bisa diputus akhir Januari atau awal Februari 2017.