SOROT 479

Bangkitnya Difteri dari 'Kubur'

Seorang siswa SMA Negeri 33 mendapatkan imunisasi serentak atau Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri, di Cengkareng, Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf

VIVA – Grup WhatsApp beranggotakan segelintir ibu-ibu muda itu mendadak riuh. Penyebabnya, foto-foto balita dengan langit mulut berwarna putih memenuhi layar ponsel mereka. Si balita disebut terkena difteri. Penyakit yang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia terdengar masih asing.

Miris, Lebih 200 Kota di Indonesia Risiko Tinggi Penularan Polio

Kini difteri dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Para ibu-ibu muda cemas bukan kepalang. Pasalnya, difteri tercatat sebagai penyakit menular dan mematikan. 

"Ngeri ya bun, saya jadi takut," kata salah seorang ibu menanggapi broadcast message yang beredar di grup-grup WhatsApp

Seorang Anak yang Diduga Terserang Difteri di Lampung Barat Meninggal setelah Dirawat

Hingga 6 Desember 2017,  Kementerian Kesehatan mencatat ada 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Namun, dari 20 provinsi itu bukan satu provinsi semuanya terkena difteri, tapi ada beberapa kabupaten/kota yang melaporkan KLB. Kemudian di sebagian Kabupaten/kota tersebut KLB sudah tertangani dengan baik.

“KLB sebenarnya warning bukan wabah, artinya setelah menemukan ini (kasus difteri) harus melakukan tindakan pencegahan dengan imunisasi melalui ORI (Outbreak Response Immunization),'' kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek di Kediamannya di Jakarta Selatan, Minggu, 10 Desember 2017. Baca juga: Serba-serbi Difteri

Kabupaten Garut KLB Difteri, Ini Tanda Gejala dan Cara Pencegahannya

Sorot Difteri - imunisasi - vaksin DPT Difteri Tetanus Pertusis

Petugas kesehatan bersiap menyuntikkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) di Posyandu Bungong Jaroe, Kampung Mulia, Banda Aceh. (ANTARA FOTO/Ampelsa)

 

Aceh termasuk salah satu provinsi yang melaporkan terjadinya KLB difteri di wilayah kabupaten/kota-nya. Begitu viralnya soal ancaman penyakit difteri membuat para ibu di sana berbondong-bondong membawa anak mereka ke Posyandu. Tujuannya, untuk mendapatkan imunisasi difteri.

Antre berjam-jam di Posyandu Bungong Jaroe, Kampung Mulia, sembari menggendong bayi menjadi pemandangan rutin dalam beberapa hari belakangan. Halimah, warga Kampung Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, termasuk salah satu yang memboyong dua balitanya.

Awalnya, Halimah sama sekali tak mengetahui apa dampak virus difteri bagi penderitanya. Namun, ketika media memberitakan tentang bahaya difteri, ia langsung mengunjungi Posyandu terdekat.

Ia mengaku, dua balitanya selama ini belum mendapat imunisasi sekalipun. “Kita was-was juga. Apalagi penyakit ini bisa membuat meninggal,” sebutnya. Baca juga: Wabah Dunia dan Gerakan Antivaksin

Berbeda dengan di Aceh, suasana Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr Sulianti Saroso, Jakarta, terasa mencekam. Ada sekitar 30 pasien dirawat di rumah sakit tersebut karena suspect difteri. Rata-rata, pasiennya adalah anak-anak. 

Saat VIVA tiba di RSPI Sulianti Saroso, mulai dari satpam, tenaga kesehatan, hingga sejumlah pengunjung terlihat menutupi bagian mulut dan hidungnya dengan masker hijau. 

Ya, memakai masker, dan mencuci tangan adalah anjuran khusus ketika mengunjungi rumah sakit yang berada di kawasan Sunter, Jakarta Utara ini.

Saat mengunjungi rumah sakit tersebut, VIVA dibawa ke lantai dua, Ruang Mawar. Ruangan ini adalah ruangan khusus, atau ruang isolasi bagi pasien difteri. Setelah melewati pintu Ruang Mawar 2, ada sekitar lima kamar pasien, yang setiap kamarnya hanya diisi oleh satu pasien, dan satu pendamping. 

Tidak sembarangan orang bisa masuk. Setiap pasien hanya boleh ditemani oleh satu pendamping. Itu pun tidak boleh berganti, untuk mengurangi risiko penularan. 

Di samping kamar pasien, juga ada sebuah ruang, yang bertuliskan 'ruang khusus petugas' yang terhubung ke kamar pasien.

Ruangan ini digunakan saat dokter dan tenaga kesehatan masuk dan memeriksa pasien. Dokter dan tenaga kesehatan yang masuk pun harus mengenakan pakaian atau alat pelindung diri.

Sama halnya dengan RSPI Sulianti Saroso, Pemerintah Kabupaten Tangerang, Banten diselimuti kekhawatiran. Mereka mulai kewalahan menangani pasien penyakit difteri. Jumlah penderita semakin bertambah, sementara fasilitas ruang isolasi terbatas.

Menurut Staf Humas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang, Lilik Kholida, ruang isolasi yang tersedia di rumah sakit ini cuma mampu menampung 11 pasien saja. Sedangkan jumlah pasien penderita difteri terus bertambah. Dalam dua bulan terakhir tercatat sudah ada 30 kasus difteri.

Ilustrasi bayi/anak/parenting.

Deret Penyakit Berbahaya bagi Bayi, IDAI: Difteri Itu Mematikan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) soroti angka kematian bayi dan anak yang kondisinya masih terus meresahkan. Kasus kematian tercatat paling tinggi terjadi pada bayi.

img_title
VIVA.co.id
16 Agustus 2023