China Tetap Membatu Meski Amerika Desak Ikut Perjanjian Nuklir

VIVA Militer: Rudal balistik Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA)
Sumber :
  • Military Watch Magazine

VIVA – Peningkatan kekuatan militer China semakin membuat ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) semakin meruncing. Apalagi, sampai saat ini Negeri Tirai Bambu tetap membatu meski terus mendapat desakan agar ikut dalam perjanjian nuklir.

27 Tim Ini Dipastikan Tampil di Piala Dunia Antarklub 2025, Sisa 5 Tiket Lagi

Amerika di bawah komando Presiden Donald Trump berkali-kali membujuk, hingga mendesak China untuk masuk dalam traktat kontrol senjata nuklir bersama Rusia. Sayangnya, sikap China tetap dingin.

Di sisi lain, sejumlah pengamat militer dunia memandang bahwa sikap keras China adalah bukti bahwa di bawah arahan Partai Komunis China dan Presiden Xi Jinping, China ingin menjadi kekuatan baru dunia. Tentunya, dengan menggeser Amerika sebagai negara adikuasa.

Beda dengan Indonesia, Amerika Mulai Jegal Masuknya Mobil Listrik Asal China

Marshal Billingslea, utsusan Amerika yang dikirim Trump untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia terkait perpanjangan masa Perjanjian New Start, kembali melontarkan desakan terhadap China.

Kali ini, Billingslea lebih kooperatif dan meminta China memikirkan kembali keputusannya untuk bergabung dalam perjanjian nuklir trilateral. Perlu diketahui, perjanjian nuklir New Start akan berakhir pada Februari 2021 nanti.

Aksi Serda Hari Prajurit Kopaska TNI AL yang Bikin Takjub 1.000 Atlet Mancanegara di Vietnam

Dalam akun Twitter pribadinya, Billingslea menyatakan bahwa China hanya mengatakan tidak punya niat untuk berpartisipasi dalam perjanjian nuklir trilateral. Akan tetapi, Billingslea masih punya keyakinan China akan mempertimbangkannya kembali.

"China hanya mengatakan tidak memiliki niat untuk ikut dalam negosiasi trilateral. Itu harus dipertimbangkan kembali," bunyi pernyataan Billingslea di Twitter.

Secara resmi, Billingslea mengundang China untuk ikut dalam pertemuan dengan Rusia yang diwakili oleh Wakil Menteru Luar Negeri, Sergey Rybakov. Pertemuan Billingslea dan Rybakov akan dilangsungkan di Wina, Austria, 22 Juni 2020 mendatang.

"(Untuk) mencapai status kekuatan terhebat membutuhkan perilaku dengan tanggung jawab. Tidak ada lagi 'Tembok Besar' yang merahasiakan pembangunan nuklirnya. Satu kursi menunggu China di Wina," lanjut pernyataan Billingslea.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya