- wsj.com
VIVA – Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina (ZSU) menyebar informasi adanya penyakit yang menginfeksi tentara Ukraina, di Republik Rakyat Donetsk (DPR), Senin 31 Januari 2023.
Informasi ini awalnya dilaporkan Direktorat Intelijen Pertahanan Ukraina, yang menyatakan bukan cuma pasukan militer Rusia yang terjangkit.
Sejumlah tentara bayaran dari PMC Wagner Group, dikabarkan juga mengalami infeksi yang sama. Sayangnya, staf umum dan intelijen Ukraina tak menyebut secara rinci perihal penyakit tersebut.
Hanya saja, Intelijen Pertahanan Ukraina menyatakan penyakit misterius ini muncul karena kondisi kebersihan yang buruk di wilayah itu.
VIVA Militer: Tentara Rusia berlindung di parit pertahanan
- nytimes.com
"Kasus infeksi berbahaya telah meningkat secara signifikan di antara tentara pendudukan dan yang disebut Grup Wagner," bunyi pernyataan Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.
"Hal ini bisa disebabkan oleh tidak adanya kondisi sanitasi dan higienis yang memadai di posisi unit musuh," lanjut pernyataan tersebut dilansir VIVA Militer dari Ukrainska Pravda.
Anggota senior Dewan Atlantik (Atlantic Council), Sean McFate tidak ada cara pasti untuk mengetahui kondisi kesehatan prajurit Rusia kecuali ditarik dari medan perang.
"Semua medan perang tidak memiliki kondisi sanitasi dan higienis yang normal," ucap McFate dilansir VIVA Militer dari Newsweek.
VIVA Militer: Tentara Rusia berlindung di parit pertahanan
- time.com
"Selain itu, kondisi musim dingin menyebarkan penyakit menular karena orang-orang berkerumun untuk mendapatkan kehangatan dalam jangka waktu yang lama," katanya.
Tentara bayaran Wagner memiliki peran penting dalam dukungan terhadap pasukan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF), dalam merebut kota Soledar di Donetsk.
Pasukan Wagner, Milisi Rakyat Donetsk dan Luhansk, berhasil merebut kota yang merupakan jalur distribusi vital logistik dan amunisi militer Ukraina di wilayah Donbas.
Laporan Intelijen AS: Israel Hanya Tumbangkan 35 Persen Anggota Hamas Selama Perang
Sumber intelijen Amerika Serikat membeberkan hanya sekitar 30 hingga 35 persen pejuang Hamas yang terbunuh, setelah lebih dari tujuh bulan operasi Israel di Jalur Gaza.
