Cara Indonesia Eksis di Pasar Otomotif Dunia Versi Menko Luhut

Menko Luhut melihat-lihat bus TransJakarta listrik
Sumber :
  • Kemenperin

VIVA – Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam, mulai dari tambang hingga hasil pertanian. Namun, menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, selama puluhan tahun semua kekayaan itu sebagian besar dikapalkan ke luar negeri dalam wujud bahan mentah.

Luhut Lapor Punya Harta Rp1 Triliun, Naik Rp 145 Miliar dari Tahun 2022

Itu sebabnya, pemerintah saat ini mencoba untuk meningkatkan nilai dari sumber daya yang diekspor. Salah satu contohnya, hasil tambang nikel ore, yang merupakan bahan penting untuk pembuatan baterai lithium.

"Sekarang kita coba lakukan dengan nikel ore ini, yang akan sampai pada baterai lithium," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, dikutip VIVA Otomotif dari Vivanews, Senin 22 Juni 2020.

Komentar Tak Terduga Rocky Gerung Soal Luhut Binsar Pandjaitan Sakit Hingga Dirawat di Singapura

Menurut Luhut, saat ini cadangan komoditas nikel ore yang ada di Indonesia jumlahnya kurang lebih 40 persen dari stok dunia. Selain itu, kualitasnya diklaim merupakan yang teratas, karena kita sudah memiliki teknologi untuk mengekstrak nikel ore kualitas rendah menjadi kobalt.

Baca Juga: Daihatsu Buka-bukaan soal PHK

Viral Video Momen Luhut Momong Cucu Sampai Begadang

Itu sebabnya, ia memprediksi empat tahun lagi Indonesia bisa memiliki industri baterai lithium dengan kualitas sesuai standar dunia. Sehingga, bisa memenuhi permintaan akan kebutuhan catu daya untuk kendaraan listrik yang semakin banyak digunakan karena bebas emisi dan efisien.

"Sumbernya hanya Indonesia. Jadi, Indonesia akan memainkan peran penting (dalam produksi lithium baterai), dan itu sudah kami bawa ke WTO," tuturnya.

Karena nilai nikel ore yang begitu besar jika diolah dengan benar, kata Luhut, itu sebabnya ia mengusulkan agar hasil tambang tersebut tidak dikirim dalam bentuk mentah ke luar negeri.

“Ekspor kita selama ini 98 persen ke Tiongkok, maka saya usul kepada presiden agar kita 'banned'. Tapi saya bilang, kalau mereka mau investasi di Indonesia, ya silakan," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya