Taksi Express: Kami Benar-benar Ditonjok GrabCar

Taksi Express.
Sumber :
  • VIVAnews/Rizki Aulia Rachman

VIVA.co.id - Express Group selaku perusahaan taksi di Indonesia mengaku geram dengan keberadaan angkutan pelat hitam berbasis aplikasi. Sejauh ini, mereka mengaku jika pendapatan mereka terus melorot.

Menurut Direktur Operasional Express Group, Herman Gozali, secara umum pihaknya menyatakan belum mengalami kerugian yang banyak. Namun, diakui pendapatan terus berkuran.

Pintu Organda Terbuka untuk Uber dan Grab Asalkan ...

"Perusahaan Express kalau rugi enggak, cuma pendapatan turun 10-20 persen," kata Herman, saat berbincang di Indonesia Lawyers Club, tvOne, Selasa 15 Maret 2016.

Herman mengatakan, sebenarnya perusahaan taksinya tak takut dengan adanya aplikasi online. Saat ini, Express Group juga merupakan bagian dari taksi online, karena telah memiliki aplikasi.

Namun, dia mengatakan, bila persaingan saat ini dengan angkutan pelat hitam tidak fair, karena mereka tidak dibebankan biaya pajak apapun dan tidak mengantongi izin trayek.

"Jika diibaratkan, Myke Tyson dengan tangan diikat dipukul-pukul anak kecil pasti jatuh juga. Sebab kita diikat peraturan, sementara mereka tidak. Coba bayangkan, kami sering diperingatkan soal KIR, kelengkapan pool, seragam driver, argo rutin dari Dishub dan dinas, salah sedikit ditangkap kami," kata Herman.

Saat ini, dia mengakui, jika banyak sopir-sopirnya yang kemudian kabur untuk memilih menjadi sopir angkutan pelat hitam. Sebab, pendapatan mereka di taksi legal dianggap tak lagi mencukupi kebutuhan hidup.

"Mobil mereka Kijang, Avanza, tetapi yang beli bukan sopir, pasti ada penyandang dananya. Ini kan tidak setara. Kalau mau dibuat bertarung yang fair dong, jangan kami diikat. Ini kok malah dibiarkan. Kami kalau ada mobil telat KIR dan kena razia, itu kami bayar tilang Rp500 ribu resmi. Kami ikuti semua prosedur yang ada," ujar dia.

Herman pun berharap, agar ke depannya pemerintah bertindak tegas untuk mengedepankan penerapan aturan yang berlaku, dimana angkutan umum legal yang harus diutamakan.

Pemerintah Dinilai Lambat Merespons Inovasi Teknologi

"Jangan dibilang kami tidak melek teknologi, kami ini juga punya itu (aplikasi online). Cuma yang setara dong, mereka bisa banting harga, karena mereka tidak ada modalnya. Sementara, kita diikat tarif, ada SK Gubernur, Dishub, yang kalau tarif berubah saja, ditangkap kami. Serius ini," ujarnya. (asp)

Demo pengemudi taksi online

Aksi Pengemudi Taksi Online Protes SIM Khusus

Mereka menggelar aksi di depan mal MGK Kemayoran.

img_title
VIVA.co.id
3 Agustus 2016