Pasar Otomotif Indonesia Terjebak di Satu Juta Unit

Produksi mobil Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid di Indonesia
Sumber :
  • Toyota Astra Motor

Karawang, 22 Januari 2024 – Pasar otomotif Indonesia seakan terjebak di gigi netral, tak kunjung beranjak dari angka satu juta unit per tahun. Di tengah stagnasi ini, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) melalui Wakil Presiden Direktur Bob Azam, menyuarakan pentingnya langkah proaktif untuk mendorong laju industri.

Terpopuler: Adu Laris Fortuner vs Pajero Sport, Shin Tae-yong Mudah Beli Palisade

Kehadiran pemain baru seperti BYD diharapkan menjadi momentum perangsang pasar. Peningkatan alternatif teknologi, khususnya melalui elektrifikasi, juga dilihat sebagai kunci untuk menarik minat konsumen dan memperluas basis pasar.

Namun, Bob menekankan bahwa pemain baru saja tidak cukup untuk bisa membuat pasar otomotif nasional melaju kencang.

Pemerintah Sudah Kantongi Rp 112 Miliar Pajak Transaksi Kripto pada 2024

“Kami harapkan pasar berkembang, saat ini angkanya satu juta terus. Pemain semakin banyak. dengan kehadiran BYD semoga bisa memperbesar pasar,” ujarnya, dikutip VIVA Otomotif di pabrik TMMIN Karawang.

VIVA Otomotif: Perakitan Toyota Yaris Cross di pabrik TMMIN

Photo :
  • Dok: TMMIN
Fortuner vs Pajero Sport Bekas, Pajak Tahunannya Murah Mana?

Menurut Bob, pajak kendaraan bermotor yang tinggi menjadi rintangan utama. Dibandingkan dengan Thailand, pajak di Indonesia terpaut jauh.

“Bandingkan saja dengan Thailand, bagaimana pajaknya. Pajak mereka itu lebih rendah, kurang dari separuh, tidak ada pajak daerah. Sementara, kita baru saja naikin PPN. Dengan pajak seperti di Thailand, penerimaan negara enggak turun,” tuturnya.

Indonesia bermimpi menjadi pemimpin pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara. Namun, mimpi ini sulit terwujud tanpa langkah nyata. Dengan pajak yang tinggi dan pasar yang stagnan, investasi pun sulit diharapkan.

"Tidak ada yang mau bangun pabrik di Indonesia kalau tidak ada proyeksi," ungkapnya.

Proyeksi pasar yang realistis, sebesar dua juta unit pada tahun 2030 dicontohkan oleh Bob, dapat menjadi sinyal hijau bagi investor. Kejelasan prospek masa depan inilah yang akan menarik komitmen dan mendorong ekspansi industri.

“Sekarang enggak ada yang mau investasi dan komitmen bangun pabrik di Indonesia, kalau tidak ada proyeksi. Tapi kalau ada proyeksi misalnya 2030 pasar jadi dua juta unit, banyak yang bisa dikerjakan, termasuk lokalisasi juga,” jelasnya.

Keberhasilan ekspor produk berteknologi tinggi, seperti yang dicapai Indonesia saat ini, adalah pencapaian yang patut dibanggakan. Namun, tanpa pertumbuhan pasar dalam negeri, keberlangsungan momentum ini terancam.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya