- Warner Bros. Pictures
VIVA – "Lihat, piyama ini jauh lebih mahal dari gaunku," seru Rachel pada Nick Young yang terkagum-kagum dengan kelas super mewah dalam penerbangan dari Amerika ke Singapura. Rachel terkejut, baru masuk pesawat saja, dia sudah disambut dengan pemandangan bar berisi aneka minuman berkelas.
"Nick, kita tak mampu membayarnya," kata Rachel lagi dengan ekspresi kebingungan.
Dialog tersebut merupakan potongan dari adegan Crazy Rich Asians yang sudah berhasil membuat penonton terpikat di awal. Crazy Rich Asians merupakan film yang diangkat dari novel laris dengan judul yang sama karya Kevin Kwan.
Menceritakan tentang kehidupan keluarga terkaya di Singapura, latar film ini pun dibuat sedemikian rupa untuk menonjolkan kemewahan tersebut.
Di sinilah peran seorang set designer bermain. Tak begitu disorot, set designer punya tugas mendesain ruangan dan lingkungan untuk mengakomodasi setting dalam skenario. Detail-detail dalam latar, nyatanya penting untuk menunjang adegan film tersebut.
Ternyata, salah satu set designer atau desainer ruang untuk film fenomenal Crazy Rich Asians ini berasal dari Indonesia. Dia, Teddy Setiawan, desainer interior mewah untuk adegan dalam maskapai penerbangan fiksi yang diberi nama Pacific Asean Airlines itu.
Lantas, siapa Teddy dan bagaimana ceritanya bisa bergabung di Crazy Rich Asians dan film-film lainnya? Mari menyimak cerita Teddy Setiawan tentang profesinya tersebut.
Awal Karier
Perkenalan Teddy Setiawan dengan seorang art director untuk iklan-iklan TV Indonesia rupanya menjadi pembuka jalan menuju kariernya saat ini. Teddy, kala itu masih berprofesi sebagai exhibition designer yang kemudian diajak kawannya tersebut membantu pembuatan iklan TV.
Suatu ketika, Blackhat, film yang dibintangi Chris Hemsworth syuting di Jakarta. Siapa sangka, Teddy mendapat kesempatan untuk ikut membantu sebagai penerjemah.
"Nah, dari situ kemudian saya mulai ditawari untuk terlibat di beberapa film asing (film Jepang dan Singapura), kenalan saya bertambah dan kemudian mulai datang tawaran untuk mengerjakan film asing lain di Malaysia sampai akhirnya mendapat rekomendasi untuk film-film lainnya," kata Teddy kepada VIVA melalui surat elektronik, 20 September 2018.
Film pertama pria kelahiran Cirebon, 23 Januari 1980 ini adalah film Jepang berjudul Joker Game, lalu film Singapura, 1965, dan film China, Lost in Pacific. Teddy pun pernah terlibat dalam film Beyond Skyline karya Liam O'Donnell yang menggaet Iko Uwais dan Yayan Ruhian sebagai bintangnya.
Di film itu, Teddy masih berperan sebagai standby propsman atau on set props. "Tugas kru on set props adalah menyiapkan semua props atau barang yang akan digunakan oleh pemeran utama atau pemeran pembantu pada saat shooting. Maksudnya adalah setelah barang-barang tersebut dibeli atau dibuat, tugas on set props adalah menyiapkan untuk tiap hari shoot dan tiap adegan," Teddy menjelaskan tugasnya.
Sementara itu, film pertama Teddy sebagai set designer di film Hollywood dimulai lewat serial Marco Polo yang tayang di Netflix. Teddy juga menjadi art director untuk film Beirut, di mana dia mendesain hampir seluruh set-nya.
"Mungkin faktor keberuntungan dan kebetulan memegang peranan besar di sini," katanya rendah hati.
Kesempatan Teddy mengibarkan sayap kariernya makin luas, karena setelah menyelesaikan Beirut, Teddy mendapat tawaran dari Supervising Art Director Crazy Rich Asians, Gary Mackay, untuk ikut mengerjakan film tersebut. Tentu saja, sisanya adalah sejarah.