- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
VIVA – Teka-teki siapa bakal calon Panglima TNI terjawab sudah. Melalui surat Presiden Joko Widodo kepada pimpinan DPR RI, yang dibawa langsung Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Senin, 4 Desember 2017, Presiden mengajukan satu nama untuk disetujui dewan sebagai Panglima TNI.
Dalam suratnya, Jokowi menyampaikan rencana pemberhentian dengan hormat Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI, karena akan pensiun 1 April 2018 mendatang. Serta mengajukan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai penggantinya.
Pencalonan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI sesuai dengan Pasal 13 Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Di antara penjelasannya adalah, Panglima TNI dapat dijabat secara bergantian oleh perwira tinggi aktif dari tiap-tiap Angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan.
Pasal tersebut juga menjelaskan bahwa untuk mengangkat Panglima TNI, Presiden mengusulkan satu orang calon Panglima untuk mendapat persetujuan DPR. Marsekal Hadi akan melanjutkan komando Panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo yang akan purna tugas.
"Kita harus mengajukan ke DPR terlebih dahulu, mekanisme itu yang kita ikuti. Kita mengajukan KSAU, Marsekal Hadi Tjahjanto, sebagai Panglima TNI ke DPR untuk mendapatkan persetujuan," kata Presiden Jokowi usai meresmikan Jalan Tol Soreang-Pasir Koja di Kabupaten Bandung, Senin 4 Desember 2017.
Presiden Jokowi meyakini keputusannya mengajukan Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon tunggal Panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo, adalah keputusan tepat. Kepala Staf TNI AU itu dinilai Jokowi sebagai prajurit yang profesional dan mampu memimpin organisasi TNI.
"Saya meyakini beliau (Marsekal Hadi Tjahjanto) memiliki kemampuan dan kepemimpinan yang kuat, dan bisa membawa TNI ke arah yang lebih profesional sesuai jati dirinya, yaitu sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional, dan tentara profesional," ujarnya.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat ditanya mengenai sosok calon penggantinya, mengaku tidak bisa memberikan penilaian, sebab itu kewenangan Presiden Jokowi. Yang jelas kata Gatot, Panglima TNI baru harus memahami tantangan dan tugas-tugasnya ke depan.
"Jangan tanya kepada saya tapi tanya ke Presiden, karena Presiden yang akan menggunakan," kata Jenderal Gatot di Mabes TNI Cilangkap, Senin, 4 Desember 2017.
Nama Hadi Tjahjanto memang sebelumnya santer disebut sebagai kandidat kuat pengganti Jenderal Gatot Numantyo. Selain karena jabatan Panglima TNI saat ini 'giliran' TNI AU, lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1986 itu juga diketahui pernah menjadi 'orang dekat' Presiden Jokowi.
Kedekatan Hadi dengan Presiden Jokowi, karena pernah bertugas sebagai Komandan Lanud Adi Sumarmo, Solo, tahun 2010. Saat itu, Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo. Setahun berselang, Hadi Tjahjanto diangkat menjadi Direktur Operasi dan Latihan Basarnas dengan pangkat Marsekal Pertama atau dengan bintang satu di pundaknya.
Namanya mulai muncul ke publik saat ia ditarik ke Mabes dan diangkat menjadi Kepala Dinas Penerangan TNI AU sebagai juru bicara. Pada tahun 2015, pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 8 November 1963 itu kembali bertugas memimpin teritorial sebagai Komandan Lanud Abdulrachman Saleh, Malang.
Karir Hadi Tjahjanto terus menanjak usai diangkat menjadi Sekretaris Militer Presiden tahun 2015. Hadi hanya setahun menyandang pangkat bintang dua, Marsekal Muda atau selama menjabat Sesmilpres. Setelahnya, Hadi dipromosikan sebagai Inspektur Jenderal Kemenhan RI dengan pangkat Marsekal Madya atau bintang tiga.
Puncaknya, Hadi Tjahjanto yang baru beberapa bulan menjabat Irjen Kemenhan diangkat menjadi orang nomor satu di TNI AU atau Kepala Staf TNI AU dengan pangkat Marsekal TNI. Dengan pangkat bintang empat di pundak, Hadi Tjahjanto tentu saja berpeluang menjadi salah satu kandidat kuat Panglima TNI. [Simak profil Marsekal Hadi Tjahjanto di tautan ini].