Cerita Teddy Adhitya Jadi Musisi karena Kerusuhan Ambon

Teddy Adhitya
Sumber :
  • Instagram Teddy Adhitya

VIVA – Kerusuhan tahun 1998 tak hanya terjadi di Jakarta, tapi hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Ambon. Ada cerita menarik dari kisah kelam tersebut, yang diceritakan kembali oleh penyanyi Teddy Adhitya.

Jimmy Nazwar Rao dan Posan Tobing Kolaborasi untuk Lagu Hebat

Sebagai generasi 90-an, Teddy merasakan masa kecil saat kerusuhan 1998 tersebut terjadi di Ambon, kota tempat tinggalnya hingga usia 8 tahun.

"Yang paling berkesan, salah satunya di tahun 90-an akhir, gue masih tinggal di Ambon, terjadi kerusuhan yang memaksa gue akhirnya harus keluar dari Ambon pada saat itu dan mungkin kalau waktu itu enggak (terjadi) kerusuhan, gue enggak akan jadi penyanyi di Jakarta," kata Teddy yang ditemui usai jumpa pers Festival Mesin Waktu di Djournal House, Jakarta Selatan, Kamis, 27 Juni 2019.

Profil Daud Kim YouTuber Korea yang Dituding Bangun Masjid Hanya Demi Konten

Penyanyi kelahiran 1991 ini menceritakan bagaimana kerusuhan saat itu menyisakan kesedihan hingga saat ini. Melihat bagaimana kondisi Ambon yang mengerikan, bahkan anggota keluarganya tak luput menjadi korban.

"Orang tergeletak di jalan dengan isi perut keluar, di got ada kaki, kepala, tangan, itu masih melekat banget di kepala gue. Keluarga gue ada beberapa juga yang jadi korban. Kalau diobrolin lebih lanjut gue bisa nangis," ujarnya.

Abeliano Menyemangati Hati dengan Lagu Terbaru, Hoping You'll Be Mine

Sempat tinggal di Yogyakarta, akhirnya Teddy hijrah ke Jakarta saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Trauma atas kejadian yang dilihatnya saat masih kecil rupanya tak juga hilang meski dirinya telah berpindah kota.

"Dulu traumanya sampai SMA pun masih. Bunyi tiang listrik diketok, itu kalau di sana tanda serangan, kalau di Jawa kan jam ronda. Jaman SMA, gue denger orang ketok tiang listrik, itu gue masih demam, ngeliat api demam, banyak takut macem-macem karena masih kecil," tutur Teddy.

Di sisi lain, pria yang sempat membuat grup vokal bersama Kunto Aji dan Adera itu bersyukur karena peristiwa tersebut membuatnya akhirnya mulai mencintai musik. Dan musik dijadikannya sarana untuk proses penyembuhan diri dari trauma.

"Alhamdulillah gue punya musik, akhirnya gue menceritakan apa pun yang gue rasakan ke musik," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya