Klarifikasi Atalia Kamil Soal Kasus Pemerkosaan Santri

Atalia Praratya (Foto/Twitter/Ridwan Kamil)
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kasus 13 santri perempuan menjadi korban dugaan kekerasan seksual yang dilakukan HW, pengampu suatu pondok pesantren di Bandung, Jawa Barat, sejak 2016 hingga 2021 menjadi sorotan publik. Gara-gara hal ini, stri dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Atalia Praratya sempat dianggap Netizen menutupi kasus bejat tersebut.

Mengenai hal ini, wanita yang juga akrab dikenal dengan sapaan Atalia Kamil mengklarifikasi. Di akun Instagram miliknya, ia menulis, sangat memahami kemarahan Netizen. 

"Sesungguhnya saya sangat memahami kemarahan netizen terhadap kondisi ini," tulisnya. Atalia pun menuliskan klarifikasi, ada tujuh point dia tuliskan:  

Klarifikasi sbb:
1. Polda Jabar, UPTD PPA Jabar, P2TP2A kota kabupaten, kejaksaan tinggi, LPSK, dll semua telah bekerja dengan profesional sejak ditemukannya kasus ini. Penjangkauan, pemeriksaan, pendampingan, trauma healing dll bagi korban dan proses hukum bagi pelaku SUDAH dilakukan, bahkan saat ini persidangan telah digelar untuk yang ke 6 kalinya. Untuk itu saya menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Atalia juga mengatakan, dia tidak menutupi kasus ini pada publik. Namun, Atalia memiliki alasan tersendiri, mengapa dia tidak mengkekspos kasus ini ke publik.

"2. Saya tidak menutupi kasus ini dari media maupun publik. Tidak mengekspos bukan berarti menutupi. Sebagai Bunda Forum Anak Daerah Jabar, tugas saya memastikan para korban usia anak ini mendapat haknya dan mendapatkan perlindungan terbaik sesuai dengan UU Perlindungan Anak. Fokus pada solusi bukan sensasi."

Point ketiga, Atalia menulis, "3. Dinamika yang berkembang saat ini, dengan gencarnya pemberitaan di media massa dan media sosial seperti yang kami khawatirkan, patut disayangkan, karena tiba tiba ada banyak pihak yang berusaha mencari identitas dan mendekati para korban/orang tuanya untuk menggali cerita mereka, mengusik kembali hidup mereka."

Bagi Atalia, kondisi psikologis korban perlu dijaga. Apalagi mereka juga memiliki keluarga yang ikut terguncang psikologisnya. 

"4. Kita perlu perhatikan kondisi psikologis para korban dan orangtua mereka. Ada 5 korban yang belum sekolah dan 3 korban dikeluarkan dari sekolah karena diketahui telah memiliki anak. Kondisi mereka yang awalnya sudah mulai menerima keadaan, kini kembali cemas dan trauma. Bahkan ada yang ingin keluar dari sekolah dan pindah dari kampung halamannya."

Atalia pun berharap, adanya perlindungan bagi korban. Bukan hanya perlindungan dari kekesaran seks, tetapi juga dari pemberitaan. Ia juga ingin para korban berani melaporkan kasus ini pada pihak kepolisian.

"5. Perlindungan bagi korban, termasuk dari pemberitaan, penting agar korban lain pada kasus lain, berani melapor.
6. Sampai saat ini saya telah berkoordinasi dengan banyak pihak memastikan langkah cepat dan paling aman agar para korban dibawah umur ini mendapatkan hak perlindungan sesuai dengan UU Perlindungan Anak, memastikan masa depannya, pendidikannya serta pengakuan hukum atas bayi yang dilahirkannya.
7. Saya mengajak semua pihak, baik masyarakat maupun media massa untuk bersama-sama saling membantu memberikan rasa aman pada korban dengan fokus pada hukuman berat bagi pelaku, sehingga hal biadab seperti ini tidak terjadi lagi," tulis 7 point yang disampaikan Atalia. 

Keputusan Atalia untuk tidak mengekspos kasus ini, rupanya didukung oleh banyak pihak. Termasuk Irfan Hakim

"Langsung cari kesempatan pada cari panggung dan jadi pahlawan kesiangan. Tapi cuma bisa koar koar... tenang bu..., ibu sudah melakukan prosedur yg benar. Bertindak sesuai porsi yg seharus nya. Bahkan gak EMBER teriak2 ... tapi justru menunggu yg berwajib yg mengumumkan. Hatur nuhun bu... #syiahbukanislam." 

Hengky Kurniawan, juga turut memberi dukungan. "Semangat Ibu."

Sebelumnya, ramai kabar Atalia dianggap menutupi kasus pemerkosaan tersebut, lantaran postingan sebuah akun dengan nama Irina Suharto. 

Kisah Arifin Sidhik Mengembngkan Program Kemitraan di Pesantren

"Dimana Hati Nuranimu, Atalia Kamil?? Biadab sekali."

Gara-gara postingan tersebut, Atalia membuat klarifikasinya. 

Kisah Inspiratif dari Anak Santri, Ciptakan Produk Pangan untuk Solusi Kesehatan
Disaksikan Wapres Ma'ruf, IBA Beri Bea Siswa ke Santri dan Mahasiswa di Banten
Ilustrasi santri

Santri di Lamongan Diduga Diikat dan Dibanting, Begini Faktanya

Seorang santri berinisial AKA (13 tahun) yang belajar di Pondok Pesantren Mathol’ul Anwar, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, diduga menjadi korban penganiayaan 3 temannya.

img_title
VIVA.co.id
13 Mei 2024