Tradisi Mengerikan Suku Fore, Makan Mayat Keluarganya Sendiri dan Timbulkan Penyakit Ini

Suku Fore
Sumber :
  • Ancient Origins

VIVA Lifestyle – Banyak sekali trdisi yang masih di anggap nyeleneh dibelahan dunia, seperti terdapat sebuah pulau terpencil di Oseania Disana hiduplah suku Fore yang memiliki tradisi unik, mengerikan dan kontroversial. 

Tragedi DBD, Kisah Meninggalnya Seorang Anak di Lampung

Dilansir dari Britanica, Kamis, 10 Agustus 2023, mereka mempunyai Tradisi memakan daging manusia yang sudah meninggal atau mayat. Tradisi ini sebagai bentuk penghormatan sebelum di laksankan penguburan. 

Suku Fore

Photo :
  • Ancient Origins
Eko Patrio Ungkap Sakit yang Diidap Parto Hingga Harus Dioperasi

Namun, tradisi ini ternyata membawa malapetaka bagi keluarga mereka sendiri. Sejak tahun 1950-an, banyak anggota suku Fore yang menderita penyakit aneh yang disebut kuru.  Penyakit ini membuat mereka menggigil, kehilangan keseimbangan, kesulitan berbicara, dan akhirnya mati.

Kuru adalah penyakit degeneratif otak yang disebabkan oleh prion, yaitu protein abnormal yang menyerang sel-sel saraf. 

Keberadaan Astronot Terancam, Hal Mengerikan Ini Muncul di Luar Angkasa

Prion dapat ditularkan melalui konsumsi daging yang terkontaminasi atau kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi.  Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan memiliki masa inkubasi yang panjang, yaitu antara 5 hingga 20 tahun. 

Gejala kuru mirip dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD) atau penyakit sapi gila (BSE) pada hewan. Penyakit kuru pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Australia bernama Vincent Zigas pada tahun 1957. 

Ia bekerja sama dengan seorang antropolog Amerika bernama Shirley Lindenbaum untuk meneliti suku Fore dan tradisi kanibalisme mereka. Mereka menemukan bahwa penyakit kuru lebih banyak menyerang perempuan dan anak-anak daripada laki-laki. 

Hal ini karena perempuan dan anak-anak biasanya mendapatkan bagian otak, hati, dan ginjal dari mayat yang dimakan, sedangkan laki-laki mendapatkan bagian otot. Pada tahun 1961, seorang ahli biokimia Amerika bernama Carleton Gajdusek berhasil mengisolasi prion penyebab kuru dari otak penderita. 

Ia juga berhasil menularkan penyakit kuru ke monyet dengan menyuntikkan ekstrak otak penderita ke otak monyet. Atas penemuannya ini, ia mendapatkan Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1976.

Suku Fore

Photo :
  • Ancient Origins

Di lain sisi, Penyakit sapi gila ini pertama kali dikenal di dunia yang lebih luas setelah seorang petugas medis distrik yang bekerja di Nugini memperhatikan bahwa beberapa orang dari suku Fore, yang tinggal di dataran tinggi Papua Nugini, terserang penyakit mematikan.

Para korban akan kehilangan kemampuan berjalan, menelan dan mengunyah. Pada gilirannya, ini menyebabkan penurunan berat badan dan kematian.

Sejak tahun 1960-an, pemerintah Papua Nugini telah melarang keras praktik kanibalisme di suku Fore dan memberikan edukasi tentang bahaya penyakit kuru. 

Akibatnya, jumlah kasus kuru menurun secara drastis dari ratusan menjadi hanya beberapa per tahun.  Namun, karena masa inkubasi yang panjang, masih ada kemungkinan adanya kasus baru di masa depan.

Kuru adalah salah satu contoh bagaimana tradisi budaya dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia.  Meskipun tradisi tersebut dilakukan dengan niat baik, namun tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan dan etika modern. 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menghormati keanekaragaman budaya, tetapi juga mengkritisi praktik-praktik yang bertentangan dengan hak asasi manusia dan kesejahteraan bersama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya