Hatiku Bukan Batu

Ilustrasi pengemudi ojek online (ojol) .
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

VIVA – Isu generasi milenial dan kolonial sama saja dengan usia muda dan tua. Bisa dibahas menurut aspek usia juga dari aspek spirit. Dalam kasus muda dan tua, sudah lebih dulu kita mengenal kalimat, “Umur boleh tua, tapi semangat tidak kalah dengan anak muda.” Nah, apakah ini juga berlaku ketika milenial dihadapkan dengan kolonial?

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

Supaya tidak terlihat kolonial, saya sendiri mencoba mengimbangi zaman dengan eksis di media sosial. Tiga platform media sosial terbesar, saya mempunyai akun, walaupun keaktifannya tidak sama. Alokasikan juga waktu untuk melihat trending topik, supaya bisa nyambung ketika tiba-tiba dalam percakapan timbul kosakata dan idiom baru.

Akhir-akhir ini, ungkapan seorang diva dangdut menjadi salah satu trending topik. Ya, ungkapan sang diva yang membandingkan pekerjaan pilot dengan driver ojol. Menyimak sekilas, cukup tahu. Sudah.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Namun, akhirnya tulisan ini muncul juga. Sang pemicu adalah trending topik di atas. Ucapan sang diva. Bagi saya, ojol telah menjadi keseharian. Lebih memilih roda dua dibanding roda empat. Selain lebih murah, juga untuk di kawasan Jakarta lebih cepat sampai ke tujuan.  

Kaget, ketika melihat layar ponsel, tertulis nama pengendara dengan dua huruf yang mendahului nama, yang saya pahami sebagai gelar. Tertulis Ir alias insinyur, sarjana teknik kalau sekarang. Gelar insinyur, pernah pada satu masa, seperti halnya dokter adalah indicator prestise sekaligus jaminan pekerjaan.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Gelar insinyur juga sering dipadankan dengan kecemerlangan prestasi akademik. Setidaknya itu ada dalam pemikiran saya pribadi. Di kampus saya dulu, mereka yang ada di fakultas teknik jauh lebih percaya diri dibanding dengan program studi di fakultas lainnya. Indikator lainnya adalah profesi seorang insinyur pun, dulu, telah menjadi modus cita-cita anak-anak selain dari dokter, pilot dan pramugari.

Dalam perjalanan menggunakan ojol tadi pagi, ada keinginan menanyakan 2 huruf yang mendahului pengendara ojol ini. Namun urung ditanyakan yang biasanya saya manfaatkan mengisi waktu dengan obrolan ringan mengenai apa saja. Sampai di tujuan, akhirnya keluar juga dari mulut ini menjawab rasa penasaran sedari tadi duduk di belakang pengemudi.

“Pak, boleh tanya, ini akun Bapak sendiri?”

“Iya,” jawabnya singkat.

“Bapak seorang insinyur?”

“Betul, tapi saya sudah tidak kerja kantoran lagi.”

Saya tutup obrolan di atas dengan ucapan apresiasi dan terima kasih yang berbalas senyuman.

Di ruang Vstory VIVA.co.id ini, sebelumnya, saya pernah mengulas tentang bos ojol yang sekarang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Rasa salut saya bertambah kepada bos Gojek ini telah menyediakan pekerjaan alternatif buat masyarakat Indonesia.

Kekaguman saya lebih kepada alternatif pekerjaan yang ternyata tidak segmented untuk kalangan tertentu yang sebelumnya pengemudi ojek (pangkalan), didominasi oleh mereka yang tersisih dari dunia lapangan pekerjaan. Namun, saat ini pengemudi gojek lebih terbuka saja bagi mereka yang mau bekerja untuk diri sendiri. Self employee, begitu istilah dari Robert Kiyosaki ketika membagi pekerjaan ke dalam empat kuadran.

Sebelumnya, saya pernah bertemu dengan pengemudi ojol yang pekerjaannya adalah jual beli saham, kuadran lain dari Kiyosaki, yaitu investor. Mereka yang mempunyai kebebasan waktu dan finansial. Kala itu sang pengemudi bercerita, pekerjaan sebagai pengemudi ojol dia lakukan hanya untuk mengisi waktu, sembari melakukan aktivitas antar jemput anaknya, sambil mengamati pergerakan saham. Dia juga bercerita punya kantor konsultan di bidang SDM.

Nah, kembali kepada trending topik yang saya baca tadi pagi, adalah wajar kegerahan warganet yang disampaikan kepada sang diva. Ketika komparasinya antara pilot dan pengemudi ojol terkesan meremehkan pekerjaan yang justru saat ini diminati oleh berbagai kalangan, status, dan kelas di masyarakat Indonesia.

Sebagai penerima manfaat rutin dari ojol ini, saya kembali harus mengucapkan selamat buat Pak Nadiem dan para penggiat ojol di Nusantara. Dan semoga, setelah beberapa kontroversi sebelumnya, sang diva bisa terbuka pikirannya atas profesi ojol karena saya yakin seperti salah satu lagu hits-nya, Hati Sang Diva Bukan Batu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.