Catatan Ringan: Nasib Wisata Halal NTB Pasca TGB

Mantan Gubernur NTB TGB Zainul Majdi.
Sumber :
  • vstory

VIVA - Harus diakui semasa menjabat Gubernur Provinsi NTB, K.H. Zainul Majdi atau dikenal dengan Tuan Guru Bajang (TGB) menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan. Dan TGB melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan daya tarik NTB di mata wisatawan mancanegara dan nusantara. Salah satu terobosan TGB adalah menjadikan NTB sebagai tujuan wisata halal.

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

Publik bukan saja terkejut tapi juga bertanya-tanya dengan tagline wisata halal yang dilucurkan TGB. Karena memang pariwisata tak lepas dari hal-hal yang berbau negatif. Bagaimana mungkin NTB memilih-milih wisatawan untuk datang. Itu salah satu gumaman yang tak percaya tagline wisata halal.

TGB bergeming. Dia terus berjalan. Dan berbagai hal dia lakukan. Pembangunan infrastruktur menuju daerah tujuan wisata dia genjot. Bandara diperluas. Akses keluar masuk Lombok, baik darat, laut dan udara di perbanyak frekuensinya.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Mandalika sebagai kawasan wisata terpadu dia dorong menjadi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata melalui PP No. 14 tahun 2014. Gunung Rinjani sebagai Taman Nasional diusahakan menjadi salah satu Geopark dunia melalui badan PBB Unesco pada tahun 2018.

Itu destinasi besar yang saat ini sudah ditangani pemerintah pusat. Yang kecil-kecil pun tak luput dari bidikan TGB. Dia masuk ke pasar MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exibition) atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran. Hasilnya tingkat hunian hotel di Lombok di atas 60 persen.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

TGB mendorong dinas Pariwisata untuk aktif mempromosikan wisata halal di event internasional melalui berbagai event dan pameran. Dan hasilnya NTB terkenal sebagai daerah tujuan wisata halal.

TGB melihat potensi pasar wisata halal tak kalah besar dengan pasar wisata konvensional. Tercatat 150 juta orang wisatawan Muslim yang bepergian setiap tahunnya. Jadi wajar bila Jepang, Thailand, Kore aSelatan dan beberapa negara lain juga masuk ke pasar wisata halal. Karena potensi pasarnya demikian besar! Harus diakui, itu kelebihan TGB.

Apa sih yang dimaksud wisata halal? Wisata halal bukan menghalalkan destiniasi, kata Mantan Wakil Menteri Pariwisata Sapta Nirwandar. Tapi wisata halal menyiapkan fasilitas tambahan, misalnya tempat salat, makan minuman halal, dan memasukkan seluruh unsur Sapta Pesona. Dari kebersihan, ketertiban, keamanan, keasrian dan lainnya.

Sayang sepeninggal TGB, apa yang sudah diletakkan fondasinya sepertinya tidak diteruskan secara maksimal oleh penggantinya, meski Wakil Gubernur adalah kakak kandung TGB. Sektor pariwisata tak lagi menjadi sektor utama atau unggulan sebagai penggerak ekonomi. Meski sektor pariwisata dapat menciptakan efek berganda sampai di hilir untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.

Bahwa pariwisata bukan saja mendatangkan ekonomi (uang) untuk meningkatkkan kesejahteraan masyarakat tapi juga penyakit, itu benar. Karena hubungan orang per orang (people to people) pasti membawa ekses negatif. Prostitusi dan narkoba itu bawaan sektor pariwisata di mana pun. Jadi apa yang terjadi di salah satu tempat hiburan di kawasan wisata Senggigi itu bukan suatu yang luar biasa.

Di sinilan peran pemerintah untuk membangun dan mendidik masyarakatnya. Jangan hanya mengutip uang melalui pajak daerah untuk kepentingan PAD saja, tapi pemerintah daerah harus aktif mendidik dan mendampingi masyarakat agar tidak terjerembab ke lembah hitam akibat datangnya orang dari berbagai belahan dunia.

Gagap budaya bisa dihindari melalui pendidikan dan pendampingan. Dan terapkan aturan yang tegas. Siapa yang menyimpang atau melanggar aturan harus ditindak.

Gelaran tari striptis yang menghebohkan itu menjadi bukti, bahwa apa yang ditinggalkan TGB tak berlanjut. Sepertinya pasar hiburan lebih menarik untuk dikembangkan.

Karena pasar hiburan memang menjanjikan mengingat peredaran uang demikian cepat di segmen itu. Lihat saja statistik peningkatan jumlah tempat hiburan dibanding dengan peningkatan destinasi wisata baru apa berbanding lurus? Secara kasat mata bisa dijawab tidak. Perkembangan Senggigi dan Kota Mataram yang marak dengan hadirnya tempat hiburan, itu bisa jadi salah satu tolok ukur.

Tentu apa yang dilakukan TGB tidak sempurna. Banyak kekurangan, salah satunya adalah kurang menggerakkan daerah untuk menyiapkan masyarakat untuk siap menghadapi kedatangan wisatawan.

Hampir seluruh destinasi wisata masih belum memenuhi unsur Sapta Pesona, misalnya tidak bebas dari sampah (kebersihan), ketertiban dan keamanan perlu ditingkatkan lagi. Meski demikian track yang dibangun TGB sudah dalam track yang benar! (Lalu Mara Satriawangsa, lahir dan besar di NTB)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.