Dinamika Reformasi Arab Saudi: Kasus Konser Musik

Ilustrasi by kompas.id/Heryunanto
Sumber :
  • vstory

VIVA – Berbicara mengenai Arab Saudi, beberapa waktu terakhir, banyak kalangan bergembira. Mengapa tidak, di bawah kepemimpinan Mohammad bin Salman (MBS), Saudi tampak kuat berakselerasi dalam mereformasi tatanan kehidupan bernegara dan beragama. Khususnya dalam hal kebebasan dan keterbukaan.

Nggusu Waru: Karakter Kepemimpinan Masyarakat Bima

Namun perlu kita ingat, bahwa setiap upaya besar melakukan perubahan, pasti akan ada hal-hal yang tersisihkan, kendati hal tersebut merupakan perkara primordial bahkan berkaitan dengan keyakinan. Inilah kemudian yang terjadi di Arab Saudi hari-hari ini.

Jika kita membaca berita terbaru, beberapa hari yang lalu telah diadakan sebuah konser musik di Riyadh, ibukota Arab Saudi (23/7). Konser tersebut menampilkan seorang rapper (penyanyi rap) perempuan asal Australia, Iggy Azalea. Sejenak mungkin tidak ada yang terlalu disoroti dari konser tersebut selain pemahaman umum kita tentang konser dengan segala dinamika yang ada di dalamnya.

Diskriminasi Muslim di India, Normalkah?

Namun setelah rapper tersebut menyanyikan lirik yang dianggap menyinggung umat Islam, baru kita semua menyoroti lebih dalam.

Beberapa liriknya sebagai berikut: Lord lemme know if you got this (Tuhan biar ku beritahu), preaching about prophets (khutbah tentang nabi), it ain’t no one can stop us (tak ada yang bisa menghentikan kami), bow down to a gooddes (menunduklah kepada dewi).

Berfilsafat Itu Perintah Agama

Hal tersebut diyakini kuat banyak kalangan mengarah kepada upaya mendiskreditkan agama Islam. Karena menganggap Islam menghalangi kemajuan dan kebebasan perempuan.

Setelah pada akhirnya rapper tersebut diturunkan dari panggung dan konsernya dihentikan oleh otoritas setempat dengan alasan bagian depan celananya robek. Sesaat sebelum dihentikan, rapper tersebut mengatakan bahwa konsernya dihentikan bukan karena celananya sobek, tetapi karena dia menggaungkan dukungan terhadap kebebasan perempuan, ia mengatakan, “Perempuan membuat keributan, ini adalah dunia perempuan”.

Sampai peristiwa ini terjadi, belum ada tanggapan ataupun pernyataan dari Arab Saudi. Sedikit kilas balik, ketika negara Barat melarang hijab, membakar mushaf Al-Qur’an, atau menghina nabi; kita semua marah. Lalu kemudian bagaimana jika tindakan amoral dan asusila terhadap agama terjadi di negara yang mana terdapat kota suci, tanah para nabi berada.

Tidak sedikit juga yang mengecam MBS terkait hal ini. Ketika MBS sendiri dikenal kerap menangkap para pengkritiknya. Sejujurnya, miris, MBS justru terbelenggu oleh kebebasan yang digaungkannya sendiri.

Kita semua mengetahui, awal mula dasar hadirnya Islam adalah dalam rangka merekonstruksi tatanan kehidupan yang tadinya mengalami dekadensi dan degradasi (jahiliyah) menuju kepada tatanan hidup yang lebih mulia (islamiyah). Hari ini kita mesti mampu merefleksi secara eksistensial dasar moral call tersebut.

Kembali kepada Arab Saudi, MBS dengan segala upaya reformasinya, diharapkan dapat mempertimbangkan dan mampu mengatasi masalah ini dengan kepemimpinannya. Karena langkah besar terhadap reformasi yang direncanakan, tentunya mesti disokong oleh perangkat kebijakan dan mitigasi yang matang pula.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.