Pasangan Muda Korban Banjir Garut Menikah di Pengungsian

Pernikahan korban pengungsian banjir bandang Garut
Sumber :
  • VIVA/Diky Hidayat

VIVA.co.id – Kebahagian di penghujung tahun 2016, dirasakan oleh Egi (24) warga Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, dan Sinta (18) warga Kampung Cimacan, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul Garut.

Viral Pengantar Jenazah Lewat Depan Pelaminan saat Sedang Resepsi

Pasangan muda korban banjir bandang Garut Jawa Barat, Selasa lalu, 20 September 2016 itu, pada hari ini, Sabtu 31 Desember 2016, melangsungkan pernikahan di lokasi pengungsian.

Kepala Kelurahan Pakuwon, Asep Mulyana mengatakan, upacara pernikahan dilaksanakan di kantor Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang selama ini dijadikan lokasi pengungsian korban banjir. Di tempat pengungsian ini, kedua pasangan berikrar untuk sehidup semati dalam rumah tangga.

5 Fakta Menarik Pernikahan Christ Laurent dan Marcella Michelle, Baru Go Public Awal 2024

Hal itu terpaksa dilakukan pihak keluarga, mengingat nasib para pengungsi untuk tinggal di pengungsian tidak jelas. Sementara itu, kedua pasangan yang sudah berpacaran tersebut, tinggal dalam satu gedung pengungsian.

"Sebenarnya, keinginan mereka menikah, nanti setelah menempati rumah baru yang dijanjikan pemerintah. Namun, karena waktunya belum jelas dan menghindari fitnah karena selama ini hidup dalam satu gedung di pengungsian, terpaksa kedua keluarga sepakat untuk menikahkan sekarang," kata Asep Mulyana, Sabtu 31 Desember 2016.

Pusing Mikir Resepsi, Intip Cara Wujudkan Acara Pernikahan Impian

Pernikahan pasangan korban banjir bandang Garut itu dibantu pihak Kementerian Agama. Pihak Kemenag menfasilitasi pernikahan kedua pasangan itu dan memberikan sumbangan fasilitas sebuah kamar hotel di Garut untuk berbulan madu. Bantuan itu bertepatan dengan hari Amal Bhakti ke-71 Kemenag Garut.

"Kami ucapkan terima kasih kepada Kementerian Agama yang membantu proses kelancaran pernikahan pengungsi ini, dan bonus menginap selama empat hari di hotel sebagai hadiah untuk berbulan madu," ujar Asep.

Orangtua mempelai pria, Eka Kartina (48), yang kesehariannya sebagai pemulung mengaku bahagia. Karena, dengan segala keterbatasan perekonomian ditambah dengan bencana banjir bandang yang mengahanyutkan harta bendanya, ada bisa menikahkan anaknya.

"Alhamdulilah kami banyak dibantu, sehingga acara pernikahan anak saya bisa terwujud. Walaupun harus dilaksanakan di tempat pengungsian, kami sudah tidak memiliki apa-apa setelah banjir bandang," ucapnya.

Walaupun dilaksanakan sederhana, pernikahan anaknya bisa berlangsung meriah karena banyak tamu undangan yang hadir. Untuk mas kawin lanjut Eka, anaknya memberikan mas kawin emas 4,5 gram dan peralatan salat lengkap, hasil keringat dari profesi barunya sebagai pemandu parkir.

"Ya, kami bahagia pernikahan anak kami ini sangat sederhana, tetapi yang kami harapkan ke depanya agar pasangan pengantin ini mampu membina rumah tangga hingga akhir hayatnya," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya