(Not) All In One Rhythm

Kemeriahan Upacara Pembukaan Piala Dunia 2014 di Brasil
Sumber :
  • REUTERS/Paulo Whitaker

VIVAbola - Walau terlihat seperti sebuah semboyan, motto hidup, ataupun  slogan kampanye para capres-cawapres yang kini mewarnai panggung politik negeri ini, percayalah judul yang anda baca di atas bukanlah  seperti yang Anda kira.

Stadion Megah Eks Piala Dunia 2014 Kini Jadi Parkiran Bus

Kumpulan kata-kata itu, juga bukan berasal dari  motivator yang kerap membuat kita tak mengenal malam, karena harus mengucapkan selamat pagi setiap saat, walau langit telah berhiaskan bulan dan bintang.

Judul di atas, saya ambil dari sebuah acara yang membuat Anda rela begadang pada Jumat dini hari, 13 Juni 2014. Anda masih belum bisa menerka? Coba hilangkan kata (not) yang mengawalinya, maka Anda akan temukan empat kata dalam bahasa Inggris yang menjadi tema upacara pembukaan Piala Dunia 2014 di Arena De Sao Paulo, Brasil.

Ya, opening ceremony yang berlangsung gegap gempita itu memang mengambil tema "All In One Rhythm (Semua satu irama)". Saya memang tidak mengetahui alasan utama dari sang penggagas acara, sehingga memilih tema seperti itu. Mungkin tema itu menggambarkan keinginan Brasil untuk menyatukan para negara peserta, bahkan seluruh penikmat bola di penjuru muka bumi, dan membuat mereka merasakan irama yang ditawarkan oleh Brasil selama sebulan ke depan.

Irama itu tentu bukan hanya lagu, tetapi juga suara yang tercipta kala kaki-kaki para pemain  menyentuh bola dan melesatkan si kulit bundar ke dalam gawang, termasuk pula teriakan para suporter yang memekakkan telinga.

Tapi jujur saja, saya punya sedikit "kecurigaan" terhadap sang tuan rumah. Saya menduga tema itu mengandung makna ingin menaklukkan negara-negara pesaing, dengan pengaruh rhythm atau irama yang digunakan untuk menghipnotis setiap lawan. Sehingga semuanya dengan mudah mempersilakan Brasil mengamankan piala emas yang didambakan.

Ya, itu mungkin pikiran konyol akibat terlalu banyak menonton program di salah satu tv swasta, di mana sang pembawa acara yang juga komedian selalu membawa bintang tamunya menuju alam bawah sadar.

Tapi kemudian, terbersit ide lain di benak saya. Tema itu mungkin juga sebuah bentuk kamuflase Brasil, untuk menepis kecurigaan dan ketakutan publik akan apa yang terjadi di negeri asal Pele tersebut. Maklum saja, jauh sebelum ajang Piala Dunia 2014 bergulir, kita sudah kenyang dengan pemberitaan  berbagai kejadian anarkis berujung tragis. Demonstrasi warga, mogok kerja buruh,aksi protes, dan adu jotos antara aktivis dan polisi kian marak.

Penyebabnya tentu ketidakpuasan mereka akan keputusan  pemerintah yang lebih memilih menggelontorkan dana untuk perhelatan world cup, ketimbang memperbaiki kuwalitas hidup warganya.

Maka  saat tema "All In One Rhythm" diapungkan, bisa jadi yang dimaksud oleh sang pencetus adalah mengelabui dunia, dengan seakan-akan berkata bahwa seluruh masyarakat Brasil telah bersatu dan siap menyambut piala dunia dengan tawa lebar.

Namun sayangnya bukan begitu kenyataannya. sampai opening ceremony digelar, masih banyak mulut-mulut  yang meneriakkan protes di luar arena. Hal itulah yang membuat saya lebih memilih menambahkan kata "Not" di depan tema tersebut. Karena di balik  atraktifnya 660 pengisi acara  yang tak henti berloncatan kesana kemari, masih ada kaum yang tak merasa  berstatus sebagai tuan rumah pesta sepak bola akbar ke dua puluh itu. Masih ada pecinta bola di sana yang tak bisa meneriakkan nama Thiago Silva, sambil menikmati goyangan claudia Leitte, dan memanjakan mata menikmati lekuk tubuh  sempurna jennifer lopez dari dalam Arena De Sao Paulo.

Anda mungkin tidak setuju, tapi saya yakin ada seseorang yang sejalan dengan pemikiran saya. Dia adalah Niko Kovac, sang pelatih Kroasia yang tak terima dipecundangi oleh Selecao pada laga pembuka. Setelah membaca berita tentang tudingannya akan kecurangan wasit, yang berlanjut ngambek dan mengancam ingin pulang kampung, maka saya pun optimistis bahwa Niko Kovac juga termasuk orang yang merasa "(Not) All In One Rhythm".

Pertanyaan selanjutnya yang hadir di kepala saya adalah, apa yang dilakukan oleh para demonstran, pemogok kerja, dan penggerak anti Piala Dunia yang jelas-jelas adalah warga Brasil, kala melihat Neymar mencetak dua gol ke gawang Kroasia?

Apakah mereka menghentikan unjuk rasa dan langsung merasa seirama dengan  pemerintah Brasil yang gembira dengan hasil laga pembuka? Apakah mereka ikut bersorak-sorai kala Oscar juga menggetarkan jala? Atau akankah mereka juga bangga jika nantinya Brasil yang angkat piala?  Well, biarkan waktu yang menjawabnya.

Penulis adalah Putri Violla, presenter tvOne.

8 Insiden Meludah Paling Terkenal dalam Sepakbola (2)
Trofi Piala Dunia

Eropa Minta Tambah Jatah Tempat di Piala Dunia

Presiden FIFA menganggap itu permintaan yang wajar. Apa alasannya?

img_title
VIVA.co.id
24 Maret 2015