Logo ABC

Tiga Perempuan Indonesia Runtuhkan Dominasi Pria di Bidang Sains

Dari kiri: Tengku Alia Sandra, Dr Amanda Achmadi, dan Prof Reini Wirahadikusumah
Dari kiri: Tengku Alia Sandra, Dr Amanda Achmadi, dan Prof Reini Wirahadikusumah
Sumber :
  • abc

Tiga perempuan Indonesia mampu berprestasi dalam bidang profesi yang didominasi oleh kaum pria. Namun diakui perlunya dukungan keluarga, terutama suami, agar bisa bertahan dalam pekerjaan "macho".

Ketiganya diwawancarai oleh ABC Indonesia, bertepatan dengan Hari Perempuan Sains Sedunia pada 11 Februari. Mereka menekuni bidang Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika yang lebih dikenal dengan istilah STEM.

Apa yang memotivasi mereka sampai sekarang berkecimpung di bidang-bidang tersebut dan tantangan apa yang mereka hadapi selama ini?

Salah satunya adalah Prof Reini Wirahadikusumah yang baru saja dilantik menjadi Rektor perempuan pertama Institut Teknologi Bandung (ITB) 20 Januari lalu, beberapa bulang menjelang ulang tahun ITB yang ke-100 bulan Juli mendatang

Sebelum terpilih menjadi rektor, Reini adalah guru besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB dengan keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi.

Meski bagi sebagian orang dianggap terlambat, Reini menganggap sebaliknya.

"Tidak terlambat. Memang ini saatnya, [karena] sejalan dengan meningkatnya peran wanita di Indonesia dan di pendidikan tinggi pada khususnya," kata Reini kepada ABC Indonesia.

Mengisi hampir setengah jumlah total populasi di Indonesia, perempuan dinilai Reini punya potensi untuk berkontribusi besar di berbagai aspek, di antaranya bidang sains.

Prof Reini Reini merupakan rektor perempuan pertama di Institut Teknologi Bandung yang sudah berdiri sejak 1920. Ia dilantik 20 Januari 2020.

Supplied: Reini Wirahadikusumah

Meski begitu, Reini mengakui bahwa minat perempuan untuk menekuni bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika) lebih rendah daripada laki-laki.

"Bidang ini secara umum kurang menarik karena membutuhkan kompetensi yang lebih "khusus", dan di samping itu pendapatannya (dari sisi keuangan) juga kurang seimbang."

"Ketika saya kuliah, di kelas Teknik Sipil ITB hanya ada 8 mahasiswi dari 120-an mahasiswa. Namun sekarang lebih dari 30% mahasiswa di tingkat sarjana adalah wanita. Angka ini lebih tinggi lagi di tingkat pascasarjana," kata Reini yang menyelesaikan pendidikan doktorya di Purdue University (AS).

Reini sendiri lahir dan tumbuh di tengah keluarga yang punya latar belakang yang berkaitan dengan dunia STEM.

"Kakek saya dokter, ayah saya alumni Teknik Mesin ITB. Jadi tidak terlalu aneh kalau saya memilih kuliah di ITB, khususnya Teknik Sipil," kata Reini.

Setelah mulai kuliah di ITB, Reini merasa bahwa Ilmu Teknik Sipil sangat sesuai dengan kemampuannya dan relevan untuk Indonesia.