Logo DW

Kartel Narkoba Meksiko Terpukul karena Lockdown Virus Corona

Tidak hanya bisnis yang terpukul, pasokan bahan kimia impor dari Cina untuk memproduksi obat-obatan sintetis juga mengalami penyusutan akibat penguncian. Sebelum wabah corona muncul, provinsi Hubei di Cina sejatinya menjadi eksportir utama dari fentanyl, sebuah opioid. Namun kini, kartel obat bius besar Sinaloa dan Jalisco Nueva Generacion (CJNG) di Meksiko telah kekurangan bahan baku untuk memproduksi obat-obatan ini, demikian dilaporkan oleh insightcrime.org.

Kelangkaan bahan baku ini akhirnya membuat bos Sinaloa, Ismael “El Mayo” Zambada menaikkan harga pasar untuk obat-obatan sintetis ini, demikian seperti dilaporkan oleh surat kabar mingguan Meksiko, Riodoce.
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa harga 1 pound (kurang dari setengah kilogram) metamfetamin, stimulan yang dikenal luas dengan sebutan met kristal, kini melonjak dari 2.500 peso (sekitar 1,6 juta rupiah) menjadi 15.000 peso (sekitar 267 juta rupiah).

Untuk mendapatkan bahan baku ilegal dari AS juga menjadi jauh lebih sulit. “Lima hari yang lalu adalah terakhir kalinya kami membawa sesuatu melintasi perbatasan. Itu pun hanya tiga kilo,” kata seorang penyelundup dari Mexicali, kepada blogdelnarco, sebuah platform yang meliput kejahatan terorganisir Meksiko.

“Kami memiliki pengaturan sendiri dengan polisi perbatasan dan penyelundup kami sudah tahu pos perbatasan mana yang akan digunakan. Tetapi sekarang, banyak perbatasan secara mengejutkan ditutup. Itu membuat bisnis kami jauh lebih berisiko,” ujarnya.

Lebih sedikit penerbangan, lebih banyak pengecekan

Banyaknya penerbangan komersial yang dibatalkan dan menurunnya lalu lintas udara di seluruh Amerika Latin, membuat pihak berwenang lebih mudah untuk menemukan pesawat yang membawa obat-obatan terlarang.

Beberapa hari yang lalu, misalnya, sebuah pesawat kecil dari Kolombia terdeteksi membawa narkoba ketika jatuh di Honduras. Mirisnya, pesawat itu telah terdaftar sebagai pesawat ambulans.