Logo BBC

Tragedi George Floyd: Begini Rasanya Menjadi Warga Kulit Hitam di AS

Seorang pengunjuk rasa menggunakan bendera Kenya untuk menutup mulutnya saat unjuk rasa.-Reuters
Seorang pengunjuk rasa menggunakan bendera Kenya untuk menutup mulutnya saat unjuk rasa.-Reuters
Sumber :
  • bbc

Ketika unjuk rasa mengguncang AS setelah kematian pria kulit hitam George Floyd dalam tahanan polisi, wartawan Kenya Larry Madowo menulis tentang rasisme yang ia alami di negara itu. Katanya, "Amerika mungkin menjadi tanah harapan bagi banyak orang, tetapi sebagai seorang kulit hitam, saya tidak akan dipandang setara."

Baca juga: Selain Virus Corona, Pandemi Rasisme Terjang AS

Pada pekan pertama saya di Kota New York musim panas lalu, saya diundang untuk makan malam di tempat tinggal seorang teman di Upper West Side, area orang kaya tinggal.

Saya membawa buah untuknya dan tiba di gedungnya membawa tas plastik.

Petugas resepsionis mengarahkan saya ke halaman terbuka di belakang gedung, melewati kantong sampah penghuni, dan naik lewat lift yang sangat kotor.

Ketika saya tiba di atas, tuan rumah membuka pintu dengan ekspresi wajah sangat terkejut dan malu.

"Petugas yang rasis mengira kamu pengantar barang dan meminta Anda menggunakan lift yang bukan untuk penghuni atau tamu," jelasnya ketika dia meminta maaf.

Saya telah bekerja di hierarki rasial yang rumit di Afrika Selatan dan Inggris serta telah melakukan perjalanan ke seluruh dunia, tetapi rasanya masih menyengat bahwa seorang kepala pelayan di AS tidak berpikir orang kulit putih yang cakap seperti teman saya dan suaminya bisa mengundang tamu orang kulit hitam.

Agresi mikro itu memperingatkan saya bahwa AS mungkin menjadi tanah harapan bagi banyak orang, tetapi sebagai seorang kulit hitam, saya tidak akan dipandang setara.