Sekarang, Keris pun Jadi Batik

Ilustrasi keris
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Pengakuan UNESCO terhadap batik, merupakan bentuk pengakuan yang strategis terhadap eksistensi batik dan nilai pentingnya bagi peradaban dan perkembangan kebudayaan di Indonesia.

Saat ini, batik bukan sekedar budaya khas Indonesia, tetapi telah menjadi kekayaan intelektual bangsa Indonesia, dan penggerak perekonomian sebagian masyarakat Indonesia.

Salah satu kota potensial di Indonesia dalam hal produksi dan pemasaran batik adalah Yogyakarta.

Kota Gudeg itu juga telah dinobatkan sebagai World Craft City of Batik oleh Dewan Kerajinan Dunia. Peluang bisnis batik di Yogyakarta juga semakin tinggi, karena saat ini Yogya menjadi daerah tujuan wisata kedua setelah Bali.

Sebagai kota batik dunia, Yogyakarta ikut bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian batik. Salah satu cara untuk menjaga kelestarian batik adalah dengan mengembangkan dan terus menginovasi motif-motif batik. Karena itu, diperlukan suatu usaha batik dengan motif-motif yang belum ditemui di pasaran.

Inilah yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas MIPA UNY yang menuangkan muatan simbol budaya-budaya Indonesia ke dalam motif batik. Mereka adalah Miftahudin Nur Ihsan dari prodi pendidikan kimia, Joko Susanto prodi kimia, Erwan Aditya prodi pendidikan IPA serta Dheni Nugroho dan Deary Putriani dari prodi pendidikan matematika, yang memberi nama karyanya Indonesian Culture in Batik (ICB).

Ivan Gunawan Luncurkan Busana Terbaru Jelang Ramadhan

Mengemas budaya secara praktis

Miftahudin Nur Ihsan mengatakan, usaha ICB bertujuan untuk mengenalkan kembali budaya-budaya Indonesia dengan kemasan menarik.

Alasannya, selama ini batik yang ada di pasaran, belum ada yang mengangkat simbol-simbol budaya sebagai motif batik. Saat ini, ada dua motif batik, yaitu motif “Pesona Yogyakarta” yang memuat gambar Tugu Yogyakarta, Wayang, Gamelan, Keris Lekuk 7, dan Rumah Joglo, serta motif “Pesona Kalimantan Barat” yang memuat Tugu Khatulistiwa, senjata tradisional Dayak, burung enggang gading, ikan arwana merah, kelapa sawit, dan lidah buaya.

“Khusus untuk desain motif Pesona Yogyakarta, telah terjual lebih dari 350 produk,” katanya kepada VIVA.co.id, Selasa 8 September 2015.

Menurutnya, dalam pembuatan batik ICB, mereka juga bekerja sama dengan mitra yang sesuai dengan keahliannya, yaitu penjahit, batik tulis, dan batik cap logam dari Solo, Gunungkidul, dan Yogyakarta.

“Produksi ICB ada dua macam, yaitu kain panjang dan baju batik," ucap Ihsan.

Erwan Aditya, mengatakan proses pembuatan produk ICB melalui beberapa tahap, yaitu pemilihan motif, pembuatan desain, pembuatan pola cap, pembuatan batik, dan pembuatan baju bila kain yang dibatik telah siap.

“Khusus untuk batik tulis, pola langsung digambar pada kain,” ujar dia.

Pembuatan desain dengan budaya-budaya Indonesia terpilih disusun dan dikreasikan, sehingga menghasilkan suatu desain motif batik yang indah dan unik untuk digunakan sebagai motif.

Tidak berdiri sendiri, motif tersebut dapat dikombinasikan dengan motif bunga, daun, garis, lingkaran, dan bentuk lainnya. Motif-motif tersebut berfungsi sebagai motif pengisi atau motif pendukung dari motif utama.

"Pengombinasian motif-motif itu dilakukan, agar batik yang dihasilkan tidak terkesan monoton dan motif batik yang dihasilkan bisa lebih bervariasi," kata dia.

Sejak April hingga Agustus 2015, ICB telah memproduksi 447 buah produk baik dari motif pesona Yogyakarta, maupun pesona Kalimantan Barat dan berhasil menjual 384 buah. Strategi pemasaran yang dilakukan adalah melalui penjualan langsung, agensi, iklan, dan pameran. Selain itu, dipasarkan melalui media daring (online) dan media sosial. (asp)

Gaya Fashion Bak Monster Kepompong Jadi Tren London Fashion Week
Black long sleeve tshirt.

Koleksi Fesyen Ini Diluncurkan untuk Dukung Pemberdayaan Perempuan

Industri fesyen banyak melibatkan perempuan sebagai pekerjanya. Namun, brand Indonesia yang secara eksplisit fokus mendukung pemberdayaan perempuan masih langka.

img_title
VIVA.co.id
9 Maret 2022