Bersaing Pimpin Dunia Islam, Negara Mana yang Pantas?

Source : Republika
Source : Republika
Sumber :
  • republika

Terinspirasi oleh tulisan-tulisan reformis Muslim seperti Sir Syed Ahmad Khan dan penyair dan filsuf Muhammad Iqbal, Jinnah dan partainya membayangkan sebuah negara mayoritas Muslim berdaulat yang tidak ternoda oleh, apa yang dikeluhkan Iqbal, "kesukuan" yang melekat dalam pemerintahan Arab. Iqbal mengajak agar iman dipahami dan diartikulasikan sesuai dengan kebutuhan zaman modern.

Jinnah dan rekan-rekannya perlu memangkas aspek pan-Islam dari nasionalisme Muslim agar lebih mengakar dalam realitas Muslim Asia Selatan. Tapi ini tidak menghalangi perdana menteri pertama Pakistan, Liaquat Ali Khan, untuk menyatakan bahwa Pakistan lebih dari sekadar negara Muslim lainnya.

Menurut M Razvi, dalam Journal of Pakistan Institute of International Affairs edisi 1981, Pakistan mengadakan Konferensi Muslim Sedunia pada  1951 di Karachi. Dalam acara tersebut, PM Liaquat menyoroti pentingnya mempertahankan ide-ide pan-Islam.

Ini tidak menyenangkan Arab Saudi, yang mencurigai bahwa Pakistan berusaha merusak peran kerajaan (mengangkat dirinya sendiri) sebagai pemimpin dunia Muslim pasca-kolonial. Tetapi peran ini secara dramatis direnggut Gamal Abdel Nasser, presiden Mesir yang berkuasa melalui kudeta pada 1952. 

photo
Bendera Mesir - ()

Karismatik dan pandai bicara, Nasser dipuji sebagai pahlawan oleh Muslim di seluruh dunia ketika, pada  1956, dia berhasil membendung serangan pasukan Inggris dan Israel di Mesir.

Dengan menampilkan "sosialisme Arab" dan modernitas yang sesuai dengan kebutuhan politik Muslim yang berkembang, Nasser mengejek Arab Saudi karena bersikap mundur dan kaku. Selama satu dekade setelah 1956, Nasser adalah pemimpin dunia Muslim yang tak terbantahkan, menginspirasi banyak Muslim di kawasan Arab dan non-Arab.