Logo BBC

Ratu Soraya Penguasa Afghanistan Pertama Angkat Hak-hak Perempuan

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Pemikirannya yang progresif tak hanya menarik bagi Soraya, tetapi juga seorang pengikutnya yang paling setia, yang kelak menjadi menantunya dan raja di Afghanistan.

Huma Ahmed-Ghosh, Professor Emeritus di Universitas San Diego, adalah penulis makalah berjudul A History of Women in Afghanistan: Lesson Learnt for the Future or Yesterdays and Tomorrow, yang dipublikasikan oleh Journal of International Women`s Studies pada 2003.

Menurut dia, Soraya memainkan "peran penting dalam perencanaan dan implementasi perubahan yang berhubungan dengan perempuan, dan melakukannya melalui contoh dalam kehidupan pribadinya, yakni monogami".

Juga dengan menyediakan akses pada pendidikan dan pekerjaan untuk para perempuan di keluarganya, yang tampil di muka publik tanpa kerudung.

"[Raja dan Ratu] secara terbuka berkampanye menentang jilbab, menentang poligami, dan mendukung pendidikan untuk anak perempuan," kata Ahmed-Ghosh.

"Dalam acara-acara publik, [Amanullah] berkata Islam tidak mewajibkan perempuan untuk menutup seluruh tubuhnya atau mengenakan penutup wajah khusus."

Dan di akhir salah satu pidatonya, lanjut Ahmed-Ghosh, Ratu Soraya membuka penutup kepalanya, yang diikuti oleh istri-istri para pejabat yang menghadiri pertemuan tersebut.

Dalam berbagai foto dirinya menghadiri sejumlah acara berbeda, tampak Soraya mengenakan topi kecil.

Keluarga Soraya

Soraya lahir pada 24 November 1899 di Damaskus, Suriah, yang pada saat itu adalah bagian dari Kerajaan Ottoman.

Ratu Soraya.
Getty Images
Saat berkunjung ke London, Ratu Soraya mengunjungi rumah sakit.

Pangeran Amanullah dan Soraya jatuh cinta dan menikah pada 1913 dan, setelah pembunuhan Habibullah, mereka naik tahta menjadi raja dan ratu.

Pasangan ini memimpin Afghanistan menuju kemerdekaan dari Inggris, yang diumumkan pada saat hari penobatannya pada 1919.