Logo ABC

Kematian karena COVID-19 Tembus 5 Juta Jiwa di Seluruh Dunia

Razan Gassani (kiri) bersama ayahnya Bakhtiar Effendi, ibu Aslinda Idris dan adik Randy Arrahman. (Supplied)
Razan Gassani (kiri) bersama ayahnya Bakhtiar Effendi, ibu Aslinda Idris dan adik Randy Arrahman. (Supplied)
Sumber :
  • abc

"Pesan terakhirnya kepada saya pagi itu setelah mendengar saya resmi jadi dokter adalah "Selamat. Ini adalah awal kariermu. sekarang giliranmu," kata Dario.

"Saya kadang masih terus mengingat kembali masa-masa menyedihkan yang saya dan keluarga saya alami.

"Di saat-saat itu saya menyadari bahwa saya sekarang menjadi dokter seperti yang pernah dilakukannya: dokter yang dihormati banyak orang yang sudah memberikan seluruh kehidupannya untuk pekerjaan dan para pasien."

Kokopo, PNG

Ibu empat anak bernama Joanne Schulz ini menjadi warga Papua Nugini pertama yang terkena COVID-19 di bulan Maret 2020.

Dia masih tidak tahu dari mana dia mendapatkan virus tersebut.

Identitasnya yang dibocorkan setelah dia dinyatakan positif  membuatnya sangat kecewa.

"Saya menjadi sasaran di media sosial, mendapat ancaman, orang-orang ini mengancam membakar rumah saya, mereka mau saya dibunuh," katanya.

"Mereka ingin saya diusir dari desa saya karena pada waktu itu kami tidak memiliki fasilitas untuk isolasi.

"Saya kira kekhawatiran utama saya sebagai seorang ibu adalah 'bagaimana saya melindungi anak-anak saya dari publik dan dari stigma?"

Teori konspirasi dan banyaknya berita palsu merebak di PNG sejak awal-awal masa pandemi.

Sekarang negeri itu sedang mengalami gelombang ketiga yang mematikan. Dilaporkan bahwa kamar-kamar jenazah penuh dan di beberapa kota tidak ada peti mati yang tersedia.

PNG masih menjadi salah satu negara dengan tingkat vaksinasi terendah di dunia dengan hanya 3 persen warga sudah divaksinasi.

Yang menjadi masalah adalah kurangnya pasokan vaksin, meskipun marak pula informasi palsu yang membuat banyak warga ragu-ragu untuk divaksinasi.

Joanne Schulz berprofesi sebagai relawan tenaga kesehatan selama bertahun-tahun, setelah dia ditembak di bagian muka di tahun 2014.

Peluru menembus pipinya dan merusak lidah sehingga dia tidak bisa berbicara selama beberapa minggu.