Logo ABC

Misionaris Berkeliling Dunia Sebarkan Ajaran Agama, Risiko Bisa Mati

Derek Brotherson mengajarkan Injil selama 10 tahun penugasannya sebagai misionaris di Asia Tenggara. (Supplied: Derek Brotherson)
Derek Brotherson mengajarkan Injil selama 10 tahun penugasannya sebagai misionaris di Asia Tenggara. (Supplied: Derek Brotherson)
Sumber :
  • abc

Lebih dari setengah misionaris ini berasal dari negara "Global North", yakni negara Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada.

Jumlah tersebut belum termasuk misionaris Kristen jangka pendek setiap tahun. Mereka ini umumnya adalah generasi muda yang baru pertama kalinya diterjunkan ke lapangan.

Christian Aid Ministries bekerjasama dengan Amish, Mennonite, dan orang Kristen Anabaptis konservatif lainnya, menyatakan tujuan utama mereka adalah "memuliakan Tuhan dan membantu memperluas kerajaan-Nya".

Simon Smart, direktur Pusat Kekristenan Publik, mengatakan dorongan kegiatan penginjilan ini merupakan pusat dari keyakinan Kristen.

Ini, katanya, telah berlangsung sepanjang sejarah.

"Pada intinya, Kekristenan adalah keyakinan misionaris, dimotivasi oleh gagasan jika Injil Kristen adalah kabar baik bagi semua orang dari setiap bangsa dan budaya yang harus diundang untuk mempelajari, dan mungkin menerimanya," katanya kepada ABC.

"Mereka melakukan hal-hal luar biasa untuk meningkatkan kehidupan orang-orang yang mereka datangi dan sangat mereka cintai," ujarnya.

Simon mengatakan pekerjaan dengan itikad baik ini kadang dinodai oleh misionaris yang datang ke situasi berbahaya atau menyebabkan kerusakan pada masyarakat tempat mereka bertugas.

"Tak dapat disangkal ada gerakan misionaris yang telah merusak orang-orang yang mereka temui, tidak menghormati adat, bahasa atau budaya setempat, tidak peka dan mungkin tidak mengerti konteksnya," katanya.

Para kritikus berpendapat penggunaan misionaris di masa lalu, sebagai alat kolonialisasi bangsa Barat dan Eropa, menjadi bukti fundamental adanya mentalitas penyelamatan yang dimiliki orang kulit putih.

Pendapat lainnya menyoroti faktor keamanan, seperti dalam kasus John Allen Chau, seorang penginjil asal Missouri, Amerika Serikat, yang terbunuh pada tahun 2018 ketika mendekati suku terpencil di Pulau Sentinel Utara.

Chau masuk ke pulau tersebut dengan melanggar peraturan yang ditetapkan Pemerintah India.

Chau menulis dalam buku hariannya tentang seorang anak yang melepaskan panah ke arahnya. Dia mengaku selamat tanpa cedera karena anak panahnya mengenai Alkitab yang dia pegang di dadanya.

'Saya bisa berakhir seperti dia'